Jakarta, tjahayatimoer.net – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menyoroti rendahnya kontribusi pasar saham Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan negara-negara tetangga. Meski menunjukkan pertumbuhan positif, pasar modal Indonesia masih tertinggal dari India, Thailand, dan Malaysia.
"Kontribusi pasar saham terhadap PDB walaupun tumbuh, masih berada di bawah negara kawasan seperti India sebesar 140%, Thailand 101%, atau Malaysia 97%," ujar Mahendra dalam acara Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2025 di Jakarta, Kamis (2/1/2025).
Pada akhir 2024, kapitalisasi pasar saham Indonesia mencapai Rp 12.300 triliun, tumbuh 6% dari tahun sebelumnya, dan mencapai 56% dari PDB. Dari sisi penghimpunan dana, tercatat 199 penawaran umum dengan total nilai Rp 259,24 triliun, termasuk 43 emiten baru senilai Rp 16,68 triliun.
Ruang Besar untuk Pertumbuhan Pasar Modal
Mahendra menekankan pentingnya penguatan ekosistem pasar modal untuk memaksimalkan potensi pertumbuhan. "Perlu penguatan ekosistem pasar modal Indonesia sehingga aspek integritas pasar menjadi landasan utama pasar modal yang efisien," tambahnya.
Untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional, OJK bersama pemangku kepentingan lainnya berkomitmen melaksanakan sejumlah program strategis:
Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Emiten
- Mendorong perusahaan besar untuk melantai di bursa.
- Meningkatkan porsi saham free float.
Pengembangan Produk dan Infrastruktur Baru
- Optimalisasi efek beragun aset untuk program perumahan 3 juta rumah.
- Pengembangan produk berbasis ESG dan bursa karbon.
Penguatan Anggota Bursa dan Manajer Investasi (MI)
- Peningkatan kapasitas, tata kelola, pengendalian internal, dan manajemen risiko.
- Penegakan hukum untuk melindungi investor retail dari praktik manipulasi saham.
Dukungan Kebijakan dan Regulasi
OJK juga meminta dukungan pemerintah dalam penyempurnaan regulasi keuangan, seperti:
- Penyelesaian produk turunan Undang-Undang P2SK.
- Kebijakan terkait implementasi pajak karbon dan batas emisi sektoral.
- Insentif perpajakan untuk sektor prioritas.
"Dukungan paket kebijakan insentif dan stimulus sangat diperlukan untuk mendorong pendalaman pasar," jelas Mahendra.
Dengan berbagai inisiatif ini, OJK berharap pasar modal Indonesia bisa tumbuh lebih pesat, berkontribusi lebih signifikan terhadap PDB, dan menjadi pilar penting dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional.(red.k)
0 Komentar