Bandung, tjahayatimoer.net - Nama Bu Ai, yang oleh anak muda di Kampung Mariuk, Desa Cidadap, Kabupaten Sukabumi sering diplesetkan menjadi Artificial Intelligence (AI), menyimpan kisah inspiratif di baliknya. Sosok Aisyah, yang akrab disapa Bu Ai, adalah penjual gorengan pintar berusia 55 tahun yang telah mengabdikan lebih dari separuh hidupnya untuk menyajikan makanan lezat dengan keahlian istimewa.
Warung sederhana milik Bu Ai menjadi saksi perjalanan panjangnya. Tempe, bala-bala, kroket, dan kue tradisional berjejer rapi, ditemani hidangan seperti nasi uduk dan lepeut. Semua makanan dibuat dengan resep turun-temurun yang diwarisi dari ibunya.
"Semua ini resep ibu saya. Saya belajar banyak dari beliau. Nama Ai itu panggilan. Nama panjangnya Aisyah," kata Ika (24), putri Bu Ai, Kamis (21/11/2024). Ika kini turut mengambil peran besar dalam usaha keluarga ini.
Misi Melestarikan Budaya Kuliner
Keluarga Bu Ai telah lama menjadi bagian dari UMKM di Kecamatan Simpenan. Selain berjualan gorengan, mereka juga memproduksi kue tradisional untuk berbagai acara.
"Kami bukan hanya mencari nafkah, tapi juga ingin melestarikan makanan tradisional. Gorengan dan kue itu seolah sudah jadi bagian dari budaya kita, khususnya di tanah Pasundan. Misalnya odading, yang banyak dinikmati pembeli dengan kopi saat pagi hari," ungkap Ika.
Usaha ini bermula dari keterbatasan. "Dulu, ibu cuma punya satu wajan dan kompor sederhana. Sekarang, Alhamdulillah, pelanggan kami semakin banyak, bahkan ada yang dari luar desa," tambahnya.
Warung di Pinggir Jalan Raya
Lokasi strategis warung Bu Ai di tepi jalan raya penghubung ke wilayah Pajampangan membuatnya menjadi persinggahan favorit. Banyak pelintas yang berhenti untuk menyeruput kopi sambil menikmati gorengan khas Bu Ai.
Keunikan nama Bu Ai dan rasa otentik dagangannya menjadi daya tarik tersendiri. Dengan keterlibatan generasi muda dalam keluarga ini, seperti Ika, usaha ini terus berkembang. "Kami ingin membesarkan usaha ini lebih jauh, bukan hanya untuk keluarga kami, tapi juga untuk memperkenalkan makanan tradisional ke generasi muda," kata Ika.
Warung yang Penuh Cerita
Warung Bu Ai tidak hanya menjual makanan, tetapi juga menyimpan cerita. Para pelanggan yang datang seringkali menyempatkan waktu untuk berbincang, menciptakan suasana keakraban yang sulit dilupakan.
"Bu Ai itu legenda di sini. Gorengannya gurih, kuenya enak, harganya juga pas di kantong," ujar Nanan, pelanggan setia yang mengaku telah membeli gorengan Bu Ai sejak ia masih duduk di bangku SD.
Dengan cita rasa otentik, semangat melestarikan budaya, dan suasana hangat, warung Bu Ai terus menjadi ikon kuliner lokal yang membanggakan.(Red.AL)
0 Komentar