Jakarta, tjahayatimoer.net – Pemerintah Indonesia telah berhasil menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) denominasi dolar Amerika Serikat (AS) atau Sukuk Global senilai US$ 2,75 miliar (Rp 43,56 triliun) sebagai bagian dari strategi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 lebih awal. Ini merupakan penerbitan keempat kalinya pada tahun 2024, sebagai langkah prefunding untuk membiayai kebutuhan anggaran negara.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Suminto, mengungkapkan bahwa penerbitan Sukuk Global ini berhasil menarik minat investor yang menunjukkan kepercayaan tinggi terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. Sukuk yang diterbitkan terdiri dari tiga tenor: US$ 1,1 miliar dengan tenor 5,5 tahun, US$ 900 juta dengan tenor 10 tahun, dan US$ 750 juta dengan tenor 30 tahun, yang masing-masing akan jatuh tempo pada tahun 2030, 2034, dan 2054.
"Penerbitan ini memperlihatkan tingginya minat investor dari berbagai negara, dengan total pesanan melebihi US$ 4,9 miliar atau lebih dari 1,8 kali lipat dari penerbitan. Hal ini menunjukkan keyakinan pasar terhadap Indonesia, didorong oleh fundamental ekonomi negara yang kuat," kata Suminto dalam keterangannya, Rabu (20/11/2024).
Sukuk Global ini dilaksanakan oleh Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia III (PPSI-III) dan telah memperoleh peringkat yang baik dari lembaga pemeringkat internasional, yaitu Baa2 dari Moody's, BBB dari S&P Global Ratings, dan BBB dari Fitch Ratings. Penerbitan ini juga merupakan yang terbesar di Asia Tenggara pada tahun ini, dan sejauh ini sudah menggalang dana sekitar US$ 5,1 miliar melalui penerbitan Sukuk Global sepanjang 2024.
Pemerintah Indonesia mengharapkan penerbitan Sukuk Global ini dapat memperkuat posisi fiskal negara dan mendukung berbagai kebutuhan pembangunan untuk tahun 2025. Setelmen Sukuk ini dijadwalkan pada 25 November 2024 dan akan dicatatkan di Singapore Exchange Securities Trading Limited dan NASDAQ Dubai.
Selain itu, imbal hasil yang ditawarkan kepada investor juga cukup menarik, yakni sebesar 5% untuk tenor 5,5 tahun, 5,25% untuk tenor 10 tahun, dan 5,65% untuk tenor 30 tahun. Hal ini mencerminkan spread yang paling ketat dibandingkan dengan US Treasury untuk tenor yang sama, baik untuk surat utang konvensional maupun Sukuk.
Dengan pencapaian ini, pemerintah Indonesia semakin memperkuat upaya pembiayaan yang berkelanjutan, sekaligus mempertahankan kepercayaan investor global terhadap perekonomian Indonesia. (Red.D)
0 Komentar