Imbas Pembatasan Jembatan Semampir, Jembatan Jongbiru Kabupaten Kediri Dipadati Kendaraan

 


KEDIRI,  tjahayatimoer.net - Pembatasan jenis kendaraan yang bisa melintas di Jembatan Semampir membuat arus lalu lintas di Jembatan Jongbiru semakin padat. Terutama pada jam keberangkatan dan kepulangan karyawan.

Mengantisipasi kemacetan di sana, Dinas Perhubungan Kabupaten Kediri melakukan pengaturan menggunakan air traffic control system di lampu merah.

Pantauan media ini, kepadatan lalu lintas sering terjadi pada sore hari hingga habis Maghrib. Antrean kendaraan dari lampu merah di perempatan Jongbiru bisa mengular hingga ratusan meter.

Kasiatun, warga Desa Jongbiru megnatakan, biasanya Jembatan Jongbiru hanya ramai saat akhir pekan saja. Namun, selama beberapa hari terakhir jembatan selalu ramai dengan lalu Lalang kendaraan besar.

“Dari arah barat antrean kendaraan dari lampu merah sampai ke tikungan (arah jembatan, Red),” akunya.

Perempuan berusia 56 tahun itu melanjutkan, jika biasanya hanya truk tebu hingga kendaraan roda empat pribadi dan roda dua yang melintas di sana, belakangan bus pariwisata dan truk-truk bermuatan besar juga banyak yang berseliweran.

Kepadatan yang sama juga terlihat dari arah Jl PG Meritjan. Rian, 25, warga Desa Jabon, Banyakan itu mengaku harus menunggu hingga dua kali lampu merah agar bisa beranjak menuju ke arah timur. “Kendaraan dari seberang sungai padat merayap,” tutur Rian.

Terpisah, Plt Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kediri Nizam Subekti melalui Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Kediri Soehardi mengatakan, pihaknya tidak melakukan pembatasan tonase kendaraan yang melintas di sana.

“Dilewati kendaraan apapun nggak masalah,” terangnya.

Hal tersebut menurut pria yang akrab disapa Hardi itu karena dari sisi kekuatan, Jembatan Jongbiru bisa dilewati kendaraan dengan tonase hingga 10 ton.

Hanya saja, beberapa kendaraan besar terkendala mengakses jembatan dari sisi barat karena adanya penyempitan jalan.

Oleh sebab itu, untuk kendaraan besar seperti truk gandeng dan truk tempelan rata-rata mencari alternatif lain. Di antaranya dengan melewati Jembatan Brawijaya dan Jembatan Bandarngalim.

Hal tersebut bukan karena kendala atau pembatasan di jembatan. Melainkan akses menuju jembatan yang cenderung lebih sempit.

“Rata-rata sopirnya paham ada penyempitan di sisi barat yang di pertigaan Mrican (Jl PG Mritjan, Red),” bebernya.

Sementara itu, berdasarkan pemantauan melalui area traffic control system (ATCS), kapasitas jalan dan jembatan dibandingkan dengan volume kendaraan terbilang masih memadai.

Kalaupun terjadi kepadatan lalu lintas, menurut Hardi pihaknya akan mengurai melalui ATCS di simpang empat Jongbiru. Khususnya di jam-jam sibuk seperti akhir pekan atau di jam pulang kerja seperti sore hari.

“Jadi sudah bisa kita atur traffic-nya melalui ATCS,” tandasnya.\(Red.D)


Posting Komentar

0 Komentar