KEDIRI, tjahayatimoer.net - Yono Heryadi, arsitek yang juga menjabat sebagai Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Kediri, mengungkapkan filosofi mendalam yang terkandung dalam desain Masjid Al-Khalid di Kelurahan Semampir. Setiap elemen bangunan masjid ini, termasuk atap tanpa kubah, memiliki makna tersendiri. Yono menjelaskan, konsep atap tanpa kubah tersebut tidak hanya mempertimbangkan kepraktisan, tetapi juga simbolisme dari orang yang bersimpuh menghadap kiblat.
"Memang tidak ada aturan yang mengharuskan masjid memiliki kubah. Jadi saya merancang atapnya agar menyerupai bentuk orang yang sedang bersujud. Ini bagian dari filosofi desain saya," ujar Yono yang juga memiliki segudang pengalaman sebagai arsitek sejak 2009.
Masjid yang terletak di Jalan Semampir 1 ini mengusung desain yang memadukan aksen kayu dan bata ekspose, menciptakan kesan etnis yang berpadu dengan sentuhan modern. Hal menarik lainnya, Yono merancang bangunan ini dengan memperhatikan faktor ramah lingkungan serta biaya perawatan yang efisien.
"Bangunan ini tidak menggunakan AC. Sebagai gantinya, saya mendesain bukaan yang banyak di beberapa bagian agar sirkulasi udara tetap lancar dan tidak terasa pengap. Sebetulnya, meskipun kecil, bangunannya tetap nyaman," terang Yono.
Banyaknya jendela kaca yang dapat dibuka lebar tidak hanya memberikan ventilasi yang baik, tetapi juga menjadikan masjid ini lebih terbuka dan ramah bagi publik. Keberadaan jendela tersebut memungkinkan orang yang lewat dapat melihat aktivitas salat di dalam masjid, bahkan mendorong mereka untuk ikut bergabung.
"Ketika orang melihat ada yang salat, mereka bisa merasa terinspirasi untuk ikut beribadah," ungkap Yono.
Selain fokus pada lingkungan, Yono juga menekankan pentingnya desain bangunan yang tidak hanya indah tetapi juga efisien dan terjangkau. Dengan adanya peraturan bangunan hijau dari pemerintah, Yono berkomitmen untuk mengurangi penggunaan AC dan mendorong penggunaan energi terbarukan dalam setiap proyek desainnya.
“Dengan konsep bangunan hijau, kita bisa mengurangi ketergantungan pada energi listrik yang mahal, serta menggunakan material yang ramah lingkungan," tambahnya.
Sebagai seorang arsitek yang sudah bersertifikat, Yono sangat mendukung upaya untuk meningkatkan jumlah arsitek yang kompeten di Indonesia, khususnya di Kota Kediri. Saat ini, hanya ada tiga arsitek bersertifikat yang diakui oleh Dewan Arsitek Indonesia di kota tersebut.
Yono berharap semakin banyak arsitek yang memiliki sertifikasi untuk dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam pembangunan dan menciptakan ruang yang lebih nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Sebagai contoh, Yono pernah merancang bangunan dengan material lokal seperti glugu atau batang pohon kelapa yang lebih murah, namun tetap tahan lama dan ramah lingkungan.
“Arsitek tidak hanya melayani orang kaya. Kami juga ingin melayani masyarakat yang membutuhkan desain yang sesuai dengan anggaran mereka," paparnya.
Melalui desain-desain inovatif dan ramah lingkungan, Yono berharap semakin banyak bangunan yang mengusung konsep keberlanjutan, mengingat pesatnya perkembangan urbanisasi dan kebutuhan akan bangunan yang efisien di tengah meningkatnya populasi.(Red.AL)
0 Komentar