KEDIRI, tjahayatimoer.net – Pembangunan Bandara Dhoho Kediri melibatkan pembebasan lahan di empat desa, yaitu Bulusari dan Tarokan di Kecamatan Tarokan, serta Jatirejo di Kecamatan Banyakan dan Grogol di Kecamatan Grogol. Asisten I Sekda Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sukadi mengungkapkan bahwa mayoritas lahan yang dibebaskan adalah persawahan dan tegalan. "Lima persen sisanya berupa permukiman, sekolah, dan tempat pembuangan akhir (TPA)," ujarnya.
Sukadi menjelaskan bahwa proses pembebasan tanah berjalan lancar berkat dukungan luas dari masyarakat. "Sebanyak 99 persen warga setuju dengan pembebasan ini, hanya tersisa 16 bidang tanah seluas 6 hektare yang harus diselesaikan melalui jalur pengadilan," kata Sukadi. Dua desa yang terlibat dalam sengketa tersebut adalah Grogol dan Bulusari.
Proyek pembangunan Bandara Dhoho dimulai pada April 2020. Namun, pelaksanaan sempat terganggu oleh pandemi Covid-19, sehingga seluruh aktivitas harus mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, Sukadi mengakui adanya tantangan lain, seperti cuaca ekstrem. Pada musim kemarau 2021, angin kencang menyebabkan debu tebal yang menghambat pandangan dan memaksa pekerjaan berhenti selama seminggu. "Meski begitu, proyek tetap berjalan sesuai target," jelasnya.
Bandara Dhoho akhirnya rampung pada Desember 2023, memenuhi tenggat waktu yang ditetapkan sejak awal. "Dengan selesainya bandara, kita segera melanjutkan pembangunan tol akses bandara untuk mendukung konektivitas," tambah Sukadi. Tol ini akan menjadi penghubung utama antara Kediri, Kertosono, dan Tulungagung, serta memastikan kelancaran akses ke bandara.(Red.Tim)
0 Komentar