BLITAR, tjahayatimoer.net – Para seniman Reog Ponorogo di Blitar terus berusaha menjaga keberlangsungan seni ini agar tetap hidup di Bumi Proklamator. Salah satunya adalah Rea-Reo Community, komunitas Bujang Ganong asal Blitar yang berkomitmen melestarikan seni tradisi di tengah arus modernisasi.
Seni Reog Ponorogo tidak hanya dikenal di kota asalnya, tetapi juga berkembang pesat di Kota Blitar. Rea-Reo Community menjadi salah satu kelompok yang aktif dalam memperkenalkannya kepada masyarakat. Mereka sering tampil dalam berbagai acara, sehingga kemampuannya dalam menghibur warga Blitar Raya sudah tak diragukan lagi.
Komunitas ini sering menunjukkan keahliannya dalam memerankan karakter Bujang Ganong, salah satu tokoh utama dalam Reog Ponorogo. Bujang Ganong digambarkan sebagai sosok yang lincah, penuh semangat, cerdik, sakti, dan humoris. Namun, untuk memerankan karakter tersebut bukanlah hal yang mudah.
"Terlebih jika memulainya dari nol, prosesnya tidak singkat untuk bisa menguasai gerakan yang lentur dan mempelajari tarian yang cukup menantang. Jadi, kalau mau belajar harus total," ungkap Wahyu Alfendo, salah satu pendiri komunitas.
Wahyu menceritakan bahwa komunitas ini dibentuk pada 2017 untuk menjadi wadah bagi para seniman ganongan di Blitar. Selain itu, komunitas ini juga menjadi sarana untuk menjaga hubungan antara para pegiat seni dan berlatih bersama.
"Awalnya, komunitas ini dibentuk oleh ketua kami, Mas Muji, yang merupakan pemain ganongan senior sejak 2010. Seiring waktu, saya mulai ikut tampil dari satu panggung ke panggung lainnya sejak 2016," jelasnya.
Dengan semakin banyaknya tawaran pertunjukan, Wahyu akhirnya merekrut lebih banyak anggota untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ia bahkan harus mendatangkan pemain dari luar daerah, yang tentunya memerlukan biaya tambahan.
Dari situ, terbentuklah komunitas penari Bujang Ganong di Blitar, yang kemudian berkembang menjadi Rea-Reo Community.
"Komunitas kami bersifat fleksibel, jadi keanggotaannya tidak terikat secara penuh. Kami sangat terbuka bagi siapa saja, terutama anak-anak muda yang tertarik untuk mempelajari kesenian ini," terangnya.
Wahyu menambahkan, di tengah kemajuan zaman, minat generasi muda terhadap kesenian tradisional seperti ini semakin berkurang. Diperlukan upaya lebih untuk menarik minat mereka. Padahal, Reog Ponorogo adalah warisan leluhur yang penuh dengan nilai-nilai luhur.
"Syukurlah, di Blitar peminatnya masih cukup banyak. Beberapa belajar melalui sanggar seni, paguyuban, bahkan secara otodidak. Namun, karena jumlah seniman di Blitar sedikit, kami terus berupaya mencari talenta baru yang bisa melanjutkan kesenian tradisional ini," pungkasnya. (Red.N)
0 Komentar