7 Tradisi Unik Maulid Nabi di Jawa Timur yang Masih Dilestarikan

  


 tjahayatimoer.net - Setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah, umat Islam di seluruh dunia memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, yaitu hari kelahiran Rasulullah.

Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi sangat beragam, dengan setiap daerah memiliki tradisi uniknya masing-masing. Jawa Timur, sebagai salah satu provinsi dengan kekayaan budaya Islam, juga memiliki berbagai cara tersendiri dalam merayakan Maulid Nabi.

Pada tahun 2024, perayaan Maulid Nabi yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal bertepatan dengan Senin, 16 September 2024. Pemerintah menetapkan hari tersebut sebagai hari libur nasional untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 Hijriah.

Berbagai kegiatan keagamaan kerap mengisi perayaan Maulid Nabi di berbagai daerah. Mulai dari pembacaan Barzanji—riwayat hidup Rasulullah, ceramah keagamaan, hingga makan bersama dan menggelar perlombaan seperti lomba membaca Al-Qur’an, adzan, dan hadrah. Di Jawa Timur, masyarakat juga merayakan Maulid Nabi dengan tradisi-tradisi unik yang sudah berlangsung turun-temurun.

Berikut ini adalah tujuh tradisi unik perayaan Maulid Nabi yang masih dilestarikan di berbagai daerah di Jawa Timur:

1. Endog-Endogan di Banyuwangi

Endog dalam bahasa Jawa berarti telur. Tradisi ini memanfaatkan telur sebagai simbol dalam perayaan Maulid Nabi di Banyuwangi. Sebagai salah satu tradisi yang sangat dikenal di kabupaten paling timur Pulau Jawa ini, endog-endogan telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat.

Telur-telur dihias dengan kertas warna-warni dan ditancapkan pada pelepah pisang atau yang biasa disebut "jodhang". Setelah itu, telur-telur tersebut diarak keliling kampung dengan kendaraan, diiringi salawat dan pujian untuk Nabi Muhammad SAW. Telur melambangkan kelahiran, bambu sebagai tempat kering, dan bunga sebagai simbol kehidupan yang mengisyaratkan perjalanan manusia dari kegelapan menuju cahaya kebahagiaan.

2. Keresen di Mojokerto

Di Mojokerto, terdapat tradisi bernama Keresen. Tradisi ini berlangsung dengan menghias pohon keres menggunakan berbagai barang seperti hasil bumi, pakaian, dan aksesori. Dua pohon keres yang telah dihiasi tersebut kemudian menjadi pusat perhatian warga yang akan berlomba mengambil barang-barang yang tergantung.

Tradisi Keresen adalah bentuk rasa syukur masyarakat atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pohon keres dalam tradisi ini dianggap sebagai simbol ketenangan, kelimpahan, dan harapan akan rezeki yang melimpah, seperti buah keres yang tumbuh berlimpah di alam.

3. Rebu’en di Probolinggo

Warga Desa Sologodek, Pajarakan, Probolinggo merayakan Maulid Nabi dengan tradisi Rebu’en. Dalam tradisi ini, berbagai bahan makanan dan peralatan salat digantung di langit-langit musala atau masjid, kemudian setelah acara pembacaan selawat, warga berebut barang-barang tersebut.

Tradisi ini, yang sudah diwariskan secara turun-temurun, tidak hanya sekadar perayaan tetapi juga menjadi simbol kekompakan dan kebersamaan masyarakat dalam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

4. Muludhen di Madura

Di Madura, perayaan Maulid Nabi dikenal dengan tradisi Muludhen. Acara ini diawali dengan pembacaan selawat dan Barzanji di masjid-masjid. Masyarakat, terutama ibu-ibu, akan datang dengan membawa nasi tumpeng lengkap dengan aneka buah-buahan yang ditempatkan di atas talam.

Setelah selesai didoakan, makanan-makanan tersebut akan disantap bersama-sama sebagai bentuk rasa syukur. Tradisi ini menjadi salah satu cara masyarakat Madura menjaga kebersamaan dan semangat gotong royong.

5. Sebar Udikan di Madiun

Di Desa Kedondong, Kebonsari, Madiun, terdapat tradisi Sebar Udikan yang dilakukan dengan cara melemparkan uang koin ke arah kerumunan warga. Uang koin ini dilemparkan sebagai bentuk sedekah bagi warga yang kurang mampu.

Sebar Udikan diyakini berasal dari kebiasaan warga yang ingin bersedekah dengan cara yang menyenangkan, yakni dengan melemparkan uang koin untuk diperebutkan. Tradisi ini tidak hanya meriah tetapi juga menjadi ajang berbagi kebahagiaan dalam perayaan Maulid Nabi.

6. Rebutan Koin di Kediri

Di Kediri, tradisi sebar koin saat Maulid Nabi juga dikenal dan dilaksanakan di Masjid Wakaf Jamsaren. Seusai salat isya berjemaah, warga berkumpul di serambi masjid untuk mengikuti acara Rebutan Koin. Ratusan anak-anak dan warga siap berebut uang koin yang disebarkan oleh pengurus masjid.

Koin yang disebarkan beragam, mulai dari pecahan Rp 100 hingga Rp 20.000. Selain sebagai ajang bersenang-senang, acara ini bertujuan untuk mengajarkan anak-anak agar rajin beribadah dan gemar bersedekah.

7. Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah di Blitar

Tradisi terakhir yang tak kalah menarik adalah Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah di Lodoyo, Blitar. Setiap tanggal 12 Mulud, pusaka berupa Gong Kyai Pradah disucikan dengan cara dijamasi menggunakan air bunga. Tradisi ini berasal dari legenda Pangeran Prabu yang memberikan pesan agar pusaka tersebut disucikan setiap tahunnya.

Masyarakat percaya bahwa air bekas siraman pusaka ini dapat membawa ketentraman hidup dan menyembuhkan penyakit. Hingga saat ini, siraman pusaka Gong Kyai Pradah tetap lestari dan menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Blitar.

Demikian tujuh tradisi unik di Jawa Timur yang tetap dilestarikan dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi-tradisi ini tidak hanya menjadi bentuk kecintaan terhadap Nabi Muhammad, tetapi juga sarana menjaga kebersamaan dan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi. Semoga informasi ini bermanfaat! (Red.AL)


Posting Komentar

0 Komentar