Kediri, tjahayatimoer.net – Ketangguhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi penopang perekonomian telah terbukti.
Gempuran pandemi Covid-19 selama tiga tahun telah menguji eksistensi bidang usaha yang didominasi produk rumahan.
Karena itulah, bisnis ini layak untuk terus di-support agar terus bergeliat. Sampai mereka mampu untuk ekspor. Subagyo, akademisi sekaligus pemerhati ekonomi di Kediri mengatakan, ekspor produk UMKM bukanlah pekerjaan mudah.
Ada banyak sekali proses yang harus dilakukan. Mulai dari kualitas produk, kemasan, hingga legalitasnya. Meskipun begitu, peluang UMKM untuk menembus pasar luar negeri tetap terbuka.
“Ada dua jenis ekspor bagi pelaku usaha,” ucap Dosen Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kediri itu.
Pertama adalah ekspor langsung dari produsen kepada konsumen yang berada di luar negeri. Transaksinya tanpa melalui perantara.
Kemudian kedua adalah ekspor tidak langsung. Artinya, menggunakan peran pihak ketiga. Dari dua jenis ekspor tersebut, Subagyo menyebut pelaku UMKM akan sangat kesulitan untuk masuk pasar luar negeri secara langsung.
Kendala paling berat adalah mereka harus punya legalitas. Selain itu juga ada prosedur kepabeanan hingga kuantitas yang akan dikirim.
Karena itulah, ekspor yang bisa dilakukan pelaku UMKM adalah jenis yang kedua. Yakni tidak langsung yang melibatkan pihak ketiga.
Menurut Subagyo, produk UMKM memiliki potensi besar untuk bisa merambah ke pasar luar negeri.
Hanya saja, para pelaku UMKM ini harus memperhatikan beberapa hal penting seperti kualitas kemasan, proses produksi, hingga legalitas.
Semuanya terlebih dahulu harus dikurasi sehingga menjadi layak ekspor. Jika produknya berupa makanan maka harus ada izin edar, sertifikat halal, hingga BPOM.
Ditambah lagi harus memasukan komposisi bahan di setiap kemasannya. Dan yang tidak kalah penting adalah harus ada keterangan kedaluarsa, gramatur, hingga uji nutrisi.
Butuh peran pemerintah daerah untuk memperluas pasar UMKM. Karena itu, mereka perlu difasilitasi.
Misalnya melakukan pelatihan ekspor sekaligus pendampingan kepada pelaku UMKM yang produknya berpotensi ekspor.
Selain itu, menggelar pameran dagangan dan fasilitas perizinan. Semua itu menjadi penunjang pelaku UMKM untuk lebih bergairah ekspansi pasar. Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Kediri Rice Oryza Nusivera mendukung ekspansi pasar produk UMKM hingga ke luar negeri.
Hanya saja, yang perlu dilakukan adalah pelaku usaha yang akan ekspor hendaknya terlebih dahulu ke rumah kurasi.
Sebab, program untuk ekspor ini mengutamakan pelaku usaha yang sudah terkurasi. “Kalau anggaran dari kami sendiri.
Kami ada kerjasama dengan kementerian perdagangan,” terang wanita yang akrab disapa Riris ini. Dia menjelaskan bahwa selama dua tahun ini pihaknya sudah memfasilitasi kegiatan pelatihan.
Kegiatan itu sendiri berisi terkait dengan materi-materi tentang ekspor. Salah satunya pelatihan bagaimana pelaku usaha memulai ekspor, prosedur ekspor, dan sebagainya.
“Nanti pihak kementerian perdagangan melalui PPBJ menawarkan pelatihan dengan paket sekian orang, itu kami anggarkan di tahun berikutnya,” terangnya saat ditemui di ruangannya.
Namun demikian, Riris menyarankan agar pelaku usaha yang berminat untuk ekspor agar aktif mencari informasi.
Pihaknya tidak bisa menjangkau seluruh pelaku usaha yang memiliki minat tersebut.
Di sisi lain, lembaga pemerintah lain biasanya juga mempunyai program pelatihan sendiri. Baik dari pemerintah pusat atau dari provinsi.
“Kalau dia (pelaku usaha, red) memang niat benar-benar ekspor, informasi apapun akan dia gali. Jadi nggak bergantung pada kami di pemerintah, jadi harus pro-aktif,” sarannya.
Sementara itu, Disperdagin Kota Kediri mencatat ada 13 pelaku usaha yang sudah menembus pasar ekspor.
Menariknya, produk yang diekspor mayoritas bukan makanan. Meliputi kerajinan, perabotan, hingga ada juga tanaman.(Red.AL)
0 Komentar