KEDIRI, tjahayatimoer.net - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri terus mematangkan rencana Bandara Dhoho bisa menjadi embarkasi atau penerbangan haji dan umrah. Terbaru, mereka telah menyiapkan tanah seluas lima hektare. Tanah ini rencananya untuk membangun hotel yang akan menjadi tempat penginapan calon jemaah haji.
Keberadaan hotel haji tersebut memang wajib. Sebab, agar bisa ditetapkan sebagai embarkasi maupun debarkasi haji, wilayah di sekitar bandara harus memiliki asrama untuk menampung para calon jemaah haji yang berangkat. Hotel haji tersebut yang akan berfungsi sebagai wisma haji.
“Rencananya bukan berbentuk asrama. Melainkan berupa hotel seperti yang ada di Makkah. Di area Kakbah itu kan hotel-hotel,” kata Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemkab Kediri Sukadi.
Mengapa hotel, bukan wisma haji seperti embarkasi lain di Tanah Air? Sukadi mengatakan, tempat penampungan calon jemaah haji berupa hotel dianggap lebih efisien dan efektif. Terutama dalam hal perawatan. Dengan berbentuk hotel, akan ada karyawan` khusus yang melakukan perawatan serta memberikan pelayanan hotel.
Apalagi, nantinya Pemkab Kediri tak berjalan sendiri. Mereka akan menggandeng investor sebagai pengelola hotel haji. Pihak pemkab hanya menyediakan tanah yang luasnya mencapai lima hektare.
Tanah yang dipersiapkan tersebut masih berada di sekitar area Bandara Dhoho Kediri. Tempatnya di dekat pintu masuk bandara.
Lalu, kapan rencana itu bakal direalisasikan? Terkait waktunya, Sukadi belum bisa memastikan. Untuk saat ini pemkab masih fokus mempersiapkan penerbangan umrah yang bakal dimulai 6 Oktober nanti. Dimulainya penerbangan umrah ini sekaligus menunjukkan kepada investor bahwa penerbangan di Bandara Dhoho, termasuk penerbangan haji dan umrah, bakal ramai.
“Diawali dengan penerbangan umrah. Ini juga sebagai bahan acuan para investor untuk melihat animo penerbangan,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Kantor Kementerian Agama (kemenag) Kabupaten Kediri Achmad Faiz mengatakan, sebelum beroperasinya bandara mulai 5 Maret lalu, dia sudah membahas terkait embarkasi dengan Pemkab Kediri. “Sudah kami bahas itu sejak jauh-jauh hari. Termasuk syarat embarkasi itu harus seperti apa. Seperti harus ada asrama haji dan lain sebagainya,” terangnya.
Namun, terkait detail seperti apa bentuk penginapan dia mengaku masih belum berkomunikasi lebih lanjut. Pun dengan pengelolaan penginapan haji nantinya. Akankah dikelola Kemenag atau bukan, dia masih belum tahu.
Walau demikian, dia menyebut, secara prinsipnya, utamanya di Indonesia, asrama haji selalu dikelola oleh Kemenag. Seperti halnya terkait struktural keorganisasian pengelola.
“Nantinya di bawah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Asrama Haji yang secara struktural dari Kemenag. Pengelolaannya dari Kemenag. Di Indonesia seperti itu semua. Namun masih belum tahu juga pola keorganisasian yang sudah dibentuk seperti apa. Tentunya kami terus berupaya untuk berkoordinasi dengan pemkab,” dalihnya.
Diberitakan sebelumnya, pihak pengelola bandara dan Pemkab Kediri terus menggenjot rencana menjadikan Bandara Dhoho menjadi embarkasi haji dan umrah. Sebab, berdasarkan perhitungan mereka, potensi penumpang haji dan umrah di wilayah selatan Jawa Timur-pasar Bandara Dhoho-sangat tinggi. Mencapai puluhan ribu setiap tahun. Dari wilayah Kabupaten Kediri saja bisa mencapai hampir lima ribu jemaah per tahun.
Kamis (27/6) lalu PT Angkasa Pura I Bandara Dhoho mengundang puluhan pelaku usaha travel umrah untuk berdiskusi. Dari pertemuan tersebut didapat kesepakatan penerbangan umrah lewat Bandara Dhoho dimulai 6 Oktober. Adalah maskapai Citilink yang akan membuka penerbangan Kediri-Jeddah Arab Saudi. Maskapai milik pemerintah itu akan menggunakan pesawat Airbus berkapsitas 360 seat.
Sukadi menegaskan, penerbangan umrah perdana Oktober nanti langsung diminati oleh pengusaha travel. Setidaknya, pengusaha travel dari Madiun sudah memesan lebih dari 100 seat untuk penerbangan perdana tersebut.
“Insya Allah prospeknya akan sangat bagus. Memang butuh dukungan semua pihak,” jelasnya.
Di tahap awal, penerbangan umrah lewat Bandara Dhoho akan dilakukan sebulan sekali. Pertemuan Kamis lalu sekaligus menentukan penerbangan umrah setiap bulannya. Yakni pada 3 November dan 1 Desember. Kemudian, 2 Januari 2025 dan 2 Februari 2025.(Red.AL)
0 Komentar