KEDIRI, tjahayatimoer.net - Sungai-sungai di Kota Kediri tidak hanya tercemar sampah dan limbah saja. Beberapa badan sungai yang menampung limpahan air dari hulu, kerap jadi langganan banjir selama musim hujan.
Salah satunya di Kali Bayak, Kelurahan Gayam, Mojoroto. Aliran yang merupakan anak Sungai Kedak itu terakhir meluap pada Januari 2024 lalu. Debit air sungai dengan dimensi sekitar dua meter itu tiba-tiba meluap saat Kediri Raya dilanda hujan deras. Air berwarna kecokelatan itu bahkan sempat meluap hingga ke permukiman warga setempat. “Waktu itu sampai setinggi ini airnya,” ujar Ratna, warga setempat, sembari menunjuk pijakan tangga kedua di teras rumahnya setinggi sekitar 50 sentimeter.
Perempuan yang rumahnya hanya berjarak sekitar 100 meter dari jembatan Kali Bayak itu mengatakan, luapan air kerap terjadi selama musim penghujan. Khususnya saat hujan dengan intensitas tinggi melanda Kota Kediri dan sekitarnya. Lebih-lebih, saat hujan deras terjadi di hulu sungai yang berada di lereng Gunung Wilis itu.
“Ini kan air dari gunung sana (Gunung Wilis, Red). Kalau hujannya deras, carang-carang (ranting bambu, Red) itu kebawa air. Terus kebetulan jembatannya ini pendek dan ada besi pipa PDAM di bawah jembatan. Akhirnya nyangsang (tersangkut, Red) sampah-sampah carangnya,” beber Ratna.
Saat air bah datang, sampah ranting yang tersangkut di jembatan itu membuat aliran air meluber dan terpecah ke kiri dan kanannya. Tak jarang, permukiman warga dan persawahan di sekitar sana harus tergenang air dengan ketinggian yang beragam. “Tapi ya untung cepat surutnya. Asal aliran airnya lancar lagi, langsung cepat surut,” sambungnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kediri Widiantoro mengatakan, banjir di Kota Kediri sering kali diakibatkan oleh meluapnya aliran Sungai Brantas. Selain itu, permasalahan drainase juga sering jadi pemicu luberan air di waktu tertentu. Yaitu, saat intensitas hujan tinggi dan dalam waktu yang lama.
“Kebanyakan karena kiriman (air, Red). Kalau Sungai Brantas selain dari hujan, kita ada kiriman dari Blitar, Tulungagung, bahkan Kabupaten Kediri,” ujarnya.
Pria yang secara definitif menjabat sebagai Camat Pesantren itu menambahkan, hal serupa terjadi di Sungai Kedak. Sungai ini juga menampung kiriman air dari Gunung Wilis.
“Saat intensitas hujan tinggi, sungai tidak cukup menampung. Biasanya di crossing drainase penyebabnya. Antrean air di atasnya banyak namun crossing-nya tidak bisa jalan karena tabrakan dari dua arah. Atau memang jalur crossing-nya yang sempit,” beber Widi sembari menyebut, pihaknya selalu mengecek dan berkoordinasi lintas sektoral setiap memasuki musim penghujan.
Jembatan Kali Bayak, Kelurahan Gayam, saat ini tengah ada perbaikan jembatan. Pembongkaran jembatan—menurut penuturan warga—sudah dilakukan sejak Sabtu (27/7) lalu.
Titik rawan banjir juga berada di Kelurahan Ngampel, Mojoroto. Tepatnya di jembatan yang berada di Jl. Teratai. Di sana, terdapat papan pemberitahuan dari Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Provinsi Jatim tentang larangan pemanfaatan lahan dan pencemaran di sepanjang saluran.
Di musim kemarau seperti saat ini, saluran itu cenderung kering. Namun, sedimentasi mulai nampak di saluran dengan dimensi lebar sekitar dua meter itu. Termasuk tanaman liar dan gulma yang menutup hampir seluruh badan sungai. (Red.AL)
0 Komentar