Sukses di Usaha Benih Puyuh, Lutfi Safi'i Merambah Pasar di Jawa Timur

 


Kediri , tjahayatimoer.net- Lutfi Safi’i telah menggeluti usaha peternakan sejak 2004 silam. Warga Desa Janti ini memilih fokus di pemasaran benih puyuh petelur. Usahanya tersebut kini telah sukses merambah pasar-pasar di Jawa Timur.

Meskipun begitu, pencapaiannya kini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Pria 37 tahun ini pertama kali hanya membuka usaha penjualan telur puyuh. Namun karena ada kendala terkait penghasilan, membuatnya memutuskan melakukan penetasan sendiri.

“Saya beralih melakukan penetasan sendiri pada tahun 2015,” cerita Lutfi kepada koran ini.

Lutfi bercerita bahwa ilmu yang digunakan untuk belajar teknik penetasan semuanya didapat secara otodidak. Dia hanya berbekal referensi dari internet. Meski begitu, dengan telaten dia menjalani usaha barunya tersebut. Satu per satu mesin penetasan dia buat sendiri. Sekarang mesinnya punya kapasitas 24 ribu telur per minggu.

Meski buatan sendiri, mesin buatan Lutfi tergolong unik. Sebab mesin tersebut punya saklar power otomatis. Suhunya harus pas 37 sampai 38 derajat celcius. “Suhu naik, mesinnya nanti mati. Tapi kalau suhu turun di bawah itu maka mesinnya otomatis nyala,” ujar Lutfi.

Dalam usaha tersebut, hasil penetasan telur memang tidak bisa diprediksi. Namun sering kali 70 banding 30. Jantan 70. Betina 30. Setelah disortir, hanya yang betina yang bisa dijual sebagai benih. Per ekornya dihargai Rp 2.500. Sedangkan yang pejantan digunakan untuk pakan lele.

“Saya juga punya kolam lele untuk pemancingan galatama,” kata Lutfi. Puyuh pejantan tersebut memang sengaja tidak dijual afkir. Pasalnya hasilnya tidak seberapa. Jika dibesarkan dan dijual pedaging tidak sebanding dengan pakan yang dikeluarkan.

Meski dijual dengan harga lebih tinggi dari pasaran, benih puyuhnya jadi incaran banyak peternak. Tentu saja karena kualitasnya. Tidak hanya dari Kabupaten Kediri. Bahkan pembeli juga dari luar kota. Seperti, Jember, Banyuwangi, Malang, Blitar, dan Nganjuk.

Tekuni Usaha Pembuatan Kerupuk selama Puluhan Tahun

Di Desa Janti juga terdapat sebuah usaha pembuatan kerupuk uyel. Usaha ini digeluti oleh Imam Subaweh. Hebatnya, usaha tersebut telah ditekuninya selama puluhan tahun. “Usaha ini sudah saya tekuni sejak tahun 1992,” jelas Imam.

Dulunya, Imam juga membuat krecek sendiri. Namun, karena kewalahan, dia tak lagi memproduksi krecek. Pasalnya, banyak tenaga dan waktu yang harus dikeluarkan. Kini, dia memilih untuk langsung membeli krecek jadi. Lalu menggorengnya sendiri.

“Saya berusaha menjaga kualitas krecek yang saya beli dari produsen,” ungkap Imam.

Kini, sudah puluhan penjual kerupuk yang berlangganan padanya. Tak hanya dari Kediri. Bahkan penjual kerupuk dari Nganjuk dan Bonjonegoro juga rela datang jauh-jauh ke tempatnya.

Usahanya tersebut tidak hanya bermanfaat bagi keluarganya saja. Imam juga dapat mempekerjakan karyawan di tempatnya. Kini, ada enam karyawan yang bekerja di tempat penggorengan miliknya. “Sisanya hanya musiman,” kata Imam.

Sekarang ada dua rasa kerupuk di tempatnya. Yaitu rasa bawang dan terasi. Untuk harga tentu sangat terjangkau. Namun, rasanya tak perlu diragukan lagi.(red.i)

Posting Komentar

0 Komentar