Setelah Jemaah Haji Melempar Jumrah di Mina, ke Mana Perginya Kerikil-kerikil Itu?

  


Jakarta,   tjahayatimoer.net   - Jemaah haji mulai melempar jumrah pada Ahad, 16 Juni 2024, yang menandai hari-hari terakhir ibadah haji dan dimulainya perayaan Idul Adha bagi umat Islam di seluruh dunia. Dalam ibadah haji, lempar jumrah (kerikil) adalah kegiatan melemparkan kerikil ke tiga tiang, yang melambangkan setan, yang berada di Jamarat, Mina, sebelah timur Makkah, Arab Saudi.

Jutaan muslim melempar tiang itu, lantas ke mana perginya batu-batu kecil itu? Begini penjelasannya.

Badan Pusat Statistik Arab Saudi (Gastat) telah mengumumkan bahwa jumlah total jemaah haji tahun ini sebanyak 1,8 juta orang lebih. Ini termasuk 1,6 juta orang lebih yang berasal dari berbagai negara serta 221 ribu lebih haji domestik, baik warga Saudi maupun ekspatriat.

Dengan 1,8 juta jemaah haji, maka akan ada 5,4 juta lebih kerikil yang dilempar ke Jamarat. Tapi, mengapa Jamarat tak pernah penuh dengan kerikil? Rupanya pemerintah Arab Saudi telah merancang suatu sistem canggih yang mendaur ulang kerikil tersebut, yang memadukan tradisi Islam dan manajemen logistik modern.

Pertama-tama adalah keajaiban arsitektur fasilitas Jamarat. Jamarat adalah bangunan yang memiliki tiga pilar dan memanjang di empat lantai dengan kedalaman mencapai 15 meter. Jemaah haji akan melempar tiang-tiang itu dengan kerikil. Perjalanan kerikil itu dimulai segera setelah jemaah selesai melempar jumrah pada hari tersebut.

Menurut Saudi Gazette, kerikil yang dilempar ke tiang-tiang itu akan jatuh ke ruang bawah tanah dan terkumpul di satu tempat tertentu. Di lantai dasar itu ada ban berjalan yang mengangkut batu-batu tersebut ke tempat pembersihan, yang melibatkan penyaringan dan pencucian untuk menghilangkan debu dan kotoran yang menempel selama digunakan.

Setelah dibersihkan, kerikil-kerikil itu lalu diangkut ke fasilitas penyimpanan dan menunggu untuk digunakan kembali atau dirawat setelah musim haji berakhir. Jumlah batu yang dikelola setiap musim haji sangat besar, yang berhubungan langsung dengan jumlah jamaah haji pada tahun tersebut, yang menandakan perlunya manajemen logistik yang juga besar.

Sekarang, sebagai prakarsa untuk memperkuat pengalaman berhaji, Asosiasi Amal Hadiah Haji dan Mu'tamer berkolaborasi dengan Kedana Company untuk memberikan layanan bagi jemaah. Mereka menyebarkan lebih dari 83.411 kantong kerikil yang sudah didaur ulang itu ke 300 titik di jalur pejalan kaki di Muzdalifah dan Jembatan Jamarat. Penyebaran ini penting untuk memastikan bahwa setiap orang akan mudah memperoleh kerikil yang dibutuhkan untuk menjalankan ibadah lempar jumrah.

Pengelolaan dan daur ulang kerikil Jamarat yang cermat ini terjadi di balik layar tapi menjadi penting untuk memastikan kemurnian ibadah haji tetap terjaga sekaligus mengatasi masalah lingkungan dan logistik.

Arsitektur Jamarat juga dirancang untuk mengatur pergerakan jemaah secara efisien serta menjamin kelancaran dan keamanan arus jamaah selama ritual berlangsung. Berbagai jalur akan memandu mereka melintasi berbagai tingkat gedung, yang dirancang untuk memecah padatnya jamaah yang berkumpul.

Menurut Saudi Gazette, salah satu perbaikan paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir adalah pemasangan kanopi besar yang memberikan keteduhan serta kipas pendingin yang dilengkapi sistem kabut untuk meredam panas. Perbaikan ini bertujuan untuk memberikan lingkungan yang lebih nyaman bagi jamaah dalam menunaikan ibadah haji.

Bangunan itu kini telah dilengkapi dengan eskalator, jalur baru yang dirancang untuk memudahkan pergerakan jemaah, kamera keamanan di berbagai tempat strategis di sepanjang rute menuju dan di dalam Jamarat, dan layar televisi besar di berbagai tempat yang memberikan instruksi dan panduan dalam berbagai bahasa yang membantu orientasi jemaah. Gedung juga dilengkapi tangga diam dan berjalan di berbagai tempat strategis untuk menghubungkan area-area utama agar jamaah mudah bergerak dari lantai dasar ke lantai atas tanpa menimbulkan kemacetan.

Pemerintah Saudi memang harus serius memperbaiki dan mengelola fasilitas ibadah haji, mengingat besarnya jumlah jemaah setiap tahun. Bila tidak, tragedi Mina dapat terulang lagi. Tragedi pada 3 Juli 1990 itu terjadi ketika ribuan orang terperangkap dalam terowongan yang menghubungkan Makkah ke Mina untuk melempar jumrah di Jamarat. Insiden ini menewaskan sekitar 1.400 orang, yang terinjak-injak dan mengalami gangguan pernapasan.(Red.AL)

Posting Komentar

0 Komentar