Profil Desa Wonosari, Pagu, Kabupaten Kediri: Penjualan Coklat Karakter Tembus Hingga Luar Pulau

 


Kediri , tjahayatimoer.net- ADA UMKM yang unik sekaligus menarik di Desa Wonosari. Usaha rumahan tersebut dikenal dengan coklat karakter. Usaha ini dikelola oleh Rusi Aningtyas. “Saya tertarik dan diskusi dengan suami, bagaimana kalau mencoba buat cokelat karakter ini,” cerita perempuan yang kerap disapa Rusi tersebut.

Rusi bercerita bahwa usaha tersebut merupakan pengembangan dari pelatihan yang diikutinya di Malang. Lebih tepatnya usaha ini mulai ditekuni pada 2011 silam. Saat memulai usaha, dia juga tidak menyangka jika nantinya akan banyak peminatnya. “Dulu dikerjakan sendiri, sekarang sudah ada sembilan karyawan dan satu untuk bagian memasarkan,” imbuhnya. 

Untuk produksi diakukan setiap hari dengan 1 hari libur kerja. Rusi memasarkan cokelatnya dengan menitipkan di toko-toko hingga supermarket. Dia tidak menjualnya secara online.

Untuk penjualan online dia serahkan ke reseller dan agen produknya yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemasaran paling jauh adalah Aceh dan Papua. Produknya dikemas secara rapi per biji cokelat karakternya walaupun dalam satu toples.

Dia tidak bosan-bosannya melakukan eksperimen. Itu dilakukan agar cokelatnya tidak mudah meleleh dan hancur. “Nggak terhitung ya uji cobanya, mulai menambahkan bahan atau mengurangi bahan agar seimbang. Karena kalau leleh, karakternya juga rusak,” tegasnya. Dia juga menjelaskan bila untuk menjaga keawetan cokelat harus kerjasama dengan anggota tim. Seperti dengan tidak meletakkannya di area yang terpapar sinar matahari.

Kelola Usaha Pembuatan Kerupuk atau Opak Jepit sejak Puluhan Tahun Silam

SELAIN produksi cokelat karakter, di Desa Wonosari juga ada warga yang memiliki usaha pembuatan opak jepit. Usaha ini dikelola oleh Abdul Zaini. Usaha tersebut sudah ada sejak puluhan tahun lalu.

“Saya sudah lama mengelola usaha ini, tepatnya sejak tahun 1991,” cerita Zaini saat ditanya tentang usahanya tersebut.

Aromanya yang harum khas kue berpadu dengan aroma rempah jahe sangit yang berasal dari kompor. “Meski sudah lama namun cara pembuatannya masih sama. Manual tanpa mesin,” ujar Zaini.

Zaini juga menjelaskan bila produknya ini mampu bertahan karena merupakan selera segala usia dan tergolong camilan ringan. Kini dia memiliki tiga karyawan dari warga setempat yang memiliki cara yang sama dalam memasak.

Sepintas memang terlihat mudah, namun Zaini mengungkapkan bila awalnya dulu juga tidak bis secepat dan selincah saat ini. Zaini melakukan produksi setiap hari. Sejak pagi hingga siang bersama 3 karyawannya dari pembuatan adonan hingga pengemasan adonan setelah matang.

Sayangnya, dia belum memasarkan produknya secara online untuk memperluas jaringan pemasarannya. “Karena tenaganya masih terbatas, agak sulit bila menerima pesanan dalam jumlah besar dan mendadak,” terangnya. (red.i)


Posting Komentar

0 Komentar