Kediri , tjahayatimoer.net- Usaha pembuatan tempe ini digeluti oleh Umam Santoso. Pria berusia 57 tahun ini membuka usaha bersama Yati, istrinya. “Kita berdua saling mengisi, saya mengerjakan tempenya, istri menjualnya ke pasar,” ujar pria yang akrab disapa Santoso tersebut. Santoso bersama istrinya telah lama menggeluti usaha tersebut.
Selama ini dia mempertahankan pembuatan tempe secara sederhana. Bahkan untuk bahan bakar dia masih menggunakan kayu. Alasan kenapa menggunakan kayu bakar agar menghemat biaya. Selain itu juga menjaga kualitas dan cita rasa. “Dalam sehari bisa 14 kilogram kedelai habis,” katanya.
Mereka sedari pagi menyiapkan wadah untuk merebus kedelai sampai matang. Santoso butuh waktu berjam-jam karena tungku masaknya hanya ada dua. Sedangkan bahannya cukup banyak.
Usai dilakukan pengeringan dam pemberian ragi, Santoso dan istrinya bisa beristrirahat sejenak. Saat tengah malam, mereka berdua bangun untuk memotong tempe yang akan dijual ke pasar. Sekitar pukul 02.00, Yati mulai beranjak berjualan. Selama berjualan, tempenya biasa diborong oleh pedagang ecer. “Kalau harga tempe tidak pernah berubah,” katanya.
Ciptakan Lapangan Pekerjaan dari Usaha Karung
JOKO Soni Wahyudi memang pebisnis sejati. Meski pernah bangkrut, dia terus berusaha bangkit kembali. Kini, dia memiliki usaha karung bekas. Hebatnya, usaha tersebut mampu membantu masalah pengangguran di desanya.
Pria yang karib disapa Soni itu mengatakan usahanya itu bermula dari kegagalan berjualan ayam potong. Dari kegagalan tersebut, dia kemudian membuka bisnis baru dengan memanfaatkan karung bekas pakan ayamnya dulu. “Karung pakan ayam saat itu menumpuk banyak, akhirnya saya manfaatkan,” terang Joko.
Bisnis pengolahan karung bekas ini dilakukan secara bertahap. Saat itu dia memu lai dengan 500 karung setiap minggunya.
Berkat ketekunannya, jumlah setiap tahun selalu meningkat. Sampai terakhir, dia bisa mendapat tiga ribu karung. Akhirnya dia memutuskan untuk meminjam modal ke bank agar bisa mendapatkan karung yang banyak.
Kala itu, dia hanya mendapatkan pinjaman sebesar Rp 7 juta. Uang itu ia belikan alat berupa mesin agar lebih cepat pengerjaannya. Tak disangka, ketekunannya itu membuahkan hasil maksimal.
“Alhamdulillah bisa membuka lapangan pekerjaan untuk anak muda di desa,” lanjut pria yang kini berusia 48 tahun itu. Dalam satu minggu rata-rata dia mampu menjual 12 ribu kilogram karung ke berbagai daerah. “Paling rendah harga seribu rupiah perkilogram,” tuturnya.
Kini penjualan karung miliknya sudah diminati banyak orang. Baik untuk memenuhi kebutuhan di Jawa Timur atau Jawa Tengah. Dia bersyukur mampu membuka lapangan pekerjaan dan merekrut anak-anak muda di desanya.(red.i)
0 Komentar