Nusantara, tjahayatimoer.net - Rempah-rempah telah menjadi bagian integral dari sejarah, budaya, dan perdagangan di Asia Tenggara selama berabad-abad. Di Indonesia, rempah-rempah bukan hanya sekadar bumbu dapur yang memberi cita rasa khas pada masakan, tetapi juga memiliki peran penting dalam pengobatan tradisional dan jamu, serta menjadi komoditas yang mendorong perdagangan global. Keberadaan rempah-rempah Nusantara telah menarik perhatian dunia dan mempererat hubungan antarbangsa, terutama di kawasan Asia Tenggara.
Dalam rangka mendalami lebih lanjut tentang kekayaan rempah Nusantara dan peranannya dalam menghubungkan budaya antarbangsa di Asia Tenggara, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan Sekretariat ASEAN mengadakan acara "ASEAN Spice: The Connecting Culture of Southeast Asians". Acara ini diadakan di Yogyakarta dan Magelang, pada tanggal 26 hingga 31 Mei 2024.
Acara tersebut dihadiri oleh delegasi dari 11 negara anggota ASEAN, yang terdiri dari para akademisi dan praktisi di bidang rempah. Kehadiran mereka bertujuan untuk berbagi pengetahuan tentang rempah-rempah yang ada di masing-masing negara. Kegiatan ini dimulai dengan kunjungan ke Rumah Rempah Karang Rejo, dilanjutkan dengan diskusi dan seminar di Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Museum Benteng Vredeburg. Topik yang dibahas mencakup rute jalur rempah dan pengaruhnya terhadap peradaban di Asia Tenggara. Diskusi ini juga memperdalam rencana kolaborasi untuk menciptakan inovasi dan kreativitas, serta produk bersama yang terkait dengan budaya rempah dan gastronomi antarnegara ASEAN.
Para delegasi kemudian diajak untuk menikmati wisata budaya ke Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Kraton Yogyakarta. Wisata budaya ini bertujuan untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman tentang budaya rempah di masing-masing negara. Di Rumah Rempah, para delegasi diperkenalkan dengan berbagai jenis rempah seperti kunyit dan jahe yang diolah menjadi jamu. Mereka tampak antusias mempelajari cara membuat jamu dan menyaksikan langsung proses pengolahan rempah-rempah.
Khtaleen Michelle Burke, seorang delegasi dari Singapura, mengaku terkesan dengan keberagaman rempah-rempah di Indonesia. Ia menyatakan kegembiraannya setelah mengetahui berbagai jenis rempah dan cara membuat jamu. "Saya belajar banyak tentang jamu dan sangat menyenangkan mengetahui berbagai macam rasa jamu serta bisa meraciknya sendiri. Saya berharap bisa membuat jamu saat pulang ke negara saya, Singapura," ujarnya.
Sementara itu, delegasi dari Brunei Darussalam, Natashahira, yang merupakan dosen di Fakultas Pertanian Universitas Islam Sultan Sharif Ali, mengungkapkan bahwa pengetahuan tradisional adalah sumber inovasi yang penting dalam masyarakat. Ia menekankan pentingnya melakukan inovasi berdasarkan pengetahuan tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi. "Program kegiatan ini sangat membuka mata dan memperluas pengetahuan saya tentang rempah-rempah di negara-negara Asia. Kita bisa berkolaborasi memperkuat budaya dan keahlian yang serupa, sehingga kolaborasi ini akan mengarah pada hasil yang positif," kata dia.
Lloyd Dewan, Ketua Program Perhotelan dan Kuliner di Universitas Cordilleras dari Filipina, juga mengungkapkan kekagumannya terhadap rempah-rempah endemik di negaranya, seperti Palompong. Ia menjelaskan bahwa rempah-rempah tersebut digunakan oleh suku asli sebagai sumber penyembuhan dan pengawetan. Menurutnya, platform ASEAN SPICE adalah sarana yang sangat baik untuk menghubungkan budaya ASEAN melalui bumbu dan rempah-rempah, yang tidak hanya digunakan untuk berdagang barang tetapi juga memperdagangkan pengetahuan tradisional antarnegara.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi momentum untuk semakin menguatkan warisan bersama rempah di Asia Tenggara. "Mendiskusikan budaya rempah dengan negara-negara anggota ASEAN adalah langkah utama dalam nominasi bersama Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia," ujar Hilmar. Ia juga menekankan bahwa program ini sejalan dengan dua dokumen penting ASEAN, yaitu Deklarasi Siem Reap tentang Mempromosikan Komunitas ASEAN yang Kreatif dan Adaptif untuk Mendukung Ekonomi Budaya dan Kreatif, serta Narasi Identitas ASEAN.
Hilmar menambahkan bahwa rempah-rempah telah banyak mengubah cara hidup kita dan harus terus dikembangkan untuk dimanfaatkan lebih luas. "Inovasi bersama dengan para praktisi dan akademisi ASEAN ini menjadi langkah untuk memperkuat narasi jalur rempah di komunitas ASEAN, menghubungkan kembali warisan budaya kita," katanya.
Program "ASEAN Spice: The Connecting Culture of Southeast Asians" tidak hanya mempererat hubungan budaya antarnegara di Asia Tenggara melalui warisan rempah-rempah, tetapi juga mendorong inovasi dan kolaborasi yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi seluruh negara anggota ASEAN.(red.Al)
0 Komentar