KEDIRI, tjahayatimoer.net - Di mata orang awam, pasir pantai bukan hal berharga. Padahal, jika dikreasikan akan membawa nilai ekonomi tersendiri. Seperti yang dilakukan oleh Ichwan Fauzi, warga Desa Semen ini.
Siapa sangka pasir yang berada di pantai dapat menjadi bahan kerajinan tangan. Ichwan mendapatkan ide membuat prakarya dari pasir pantai ketika sedang mengikuti kursus. “Karena kalau menggunakan pasir pantai lebih ramah lingkungan,” terang Ichwan.
Selain pasir pantai, dia juga memanfaatkan barang-barang daur ulang. Karton adalah salah satunya. Karton bekas itu digunakan sebagai alas atau aplikasi untuk menempelkan pasir pantai. Pembuatan kerajinan tidak menggunakan alat-alat canggih. Melainkan dibuat secara manual. Cara pembuatan prakarya tersebut masih menggunakan alat sederhana.
Dalam pembuatannya, satu prakarya membutuhkan waktu 30 menit. Pasalnya proses pengeringan pasir membutuhkan waktu cukup lama. Pengeringan ini masih menggunakan tenaga matahari. Jika menggunakan mesin pengering hasilnya tidak sesuai.
“Untuk pembuatan dalam satu hari dapat mengerjakan delapan prakarya,” ujar Ichwan.
Kerajinan buatan Ichwan mulai dari gantungan kunci, notes, tempat pensil, bingkai foto, hingga lampu. Agar kerajinan buatannya menarik, diberi hiasan sesuai dengan keinginan. Untuk hiasan ini dapat sesuai dengan permintaan.
Selain memproduksi hasil pesanan, dia juga menaruh produk buatannya di salah satu toko souvenir di Kampung Inggris. Hanya saja selama pandemi covid 19, dia hanya menerima pesanan melalui online.
Usaha Kerupuknya Banyak Diminati Pembeli.
Di Desa Semen ada seorang pelaku UMKM pembuatan kerupuk. Dia adalah Sugeng. “Awalnya sebelum membuka usaha pembuatan kerupuk, saya merintis usah dengan menjual peralatan sekolah,” cerita Sugeng.
Sayangnya, usaha penjualan peralatan sekolah tidak begitu laku. Alhasil, dia beralih ke usaha yang lainnya. Dibanding dengan peralatan sekolah, usaha kerupuk ini lebih banyak peminatnya.
Kebanayakan pelanggan yang mengambil kerupuk buatannya adalah pedang pasar. Kerupuk tersebut akan dijual kembali. Untuk jenis kerupuk yang dihasilkan yaitu kerupuk puli dan rengginang.
Untuk produksi kerupuk, hanya ditangani oleh Sugeng dan Supiyati, istrinya. Dalam satu hari, mereka dapat memproduksi 9,5 kilogram kerupuk. Mereka masih menggunakan kompor yang berbahan bakar kayu.
“Ini agar panasnya merata mbak, kalau kompor gas nanti tidak bisa matang merata,” jelas imbuhnya.
Rengginang buatannya memiliki berbagai varian rasa. Mulai dari rasa bawang, terasi, balado, dan manis. Kebanyakan pembelinya lebih suka yang rasa bawang. Sementara itu rengginangnya terdapat tiga bentuk. Yaitu bentuk mawar, pentol, dan bundar. Dalam proses pembuatan kerupuk, masih memerlukan sinar matahari. Ketika musim hujan, proses pembuatan sedikit berkurang. Ini diakibatkan sulitnya mendapatkan sinar matahari.
Sebagai pembuat kerupuk, Sugeng memberi tips untuk menggoreng rengginang agar matang sempurna. “Setelah dijemur jangan langsung di goreng. Namun perlu dibiarkan lebih dahulu baru digoreng,” tandasnya.
0 Komentar