Kreator Solo Menari 2024: Jangan Sampai Budaya Tergerus Arus Globalisasi

 


JAKARTA,   tjahayatimoer.net - Pelestarian budaya dan adat istiadat menjadi tantangan tersendiri di tengah arus globalisasi dan perkembangan zaman. Hal ini pun menjadi sorotan dari Sang Kreator Solo Menari 2024, Heru Mataya. Menurutnya budaya dan seni tari yang saling berkaitan, merupakan fondasi bangsa yang harus teru dilestarikan dan dikembangkan. "Tujuannya, agar generasi muda tetap merasa bangga dengan seni tari yang tumbuh di lingkungan masyarakat. Jangan sampai seni tari tergerus arus globalisasi," kata Heru Mataya saat persiapan dan pemantapan terus dilakukan oleh panitia Festival Solo Menari bertajuk Animal Movement, Kamis (25/4/2024).

Kata Heru, gempuran teknologi digital mempersulit membentuk atau mewujudkan masyarakat pendukung seni tari Indonesia. Terlebih di era Gen Z yang lebih mengedepankan tontonan yang bersifat live atau langsung. "Dunia tari sekarang tidak hanya membutuhkan penonton, melainkan viewer. Hal itu akan memudahkan terwujudnya masyarakat pendukung tari untuk kerja penyelenggaraan acara dan fundraising," jelasnya. Apalagi saat ini banyak gedung seni pertunjukan yang sudah jarang digunakan untuk pentas seni, dikarenakan ketidakmampuan membayar sewa gedung pertunjukkan. "Kendala tersebut tentunya menjadi tantangan yang harus dihadapi dan disikapi. Dukungan dari pemerintah maupun perusahaan Swasta/BUMN melalui program CSR ataupun lembaga Filantropi sebagai upaya pelestarian seni tari dan budaya sangat dibutuhkan. Jadi diperlukan tim kerja fundraising yang solid dan mau bekerja secara berkelanjutan," ujar Heru. Sementara itu, perhelatan seni dan budaya, Solo Menari 2024, kembali akan digelar pada 29 April 2024 mendatang. Ajang Seni Tari anak bangsa ini terlahir dari semangat untuk melestarikan seni tari dan budaya bangsa Indonesia. Sejumlah persiapan dan pemantapan terus dilakukan oleh panitia Festival Solo Menari bertajuk Animal Movement. Heru mengungkapkan, tema ini mengandung muatan edukasi historis bagi publik. "Kami ingin mengajak publik menziarahi situs Kebun Binatang Solo di masa lalu, yaitu Taman Sriwedari (1901-1972) dan Kebun Binatang Solo masa kini, yaitu Solo Safari," ungkapnya. Event yang sudah menjadi agenda tahun di Kota Solo ini, bakal di langsungkan di tiga situs ruang publik yakni di Taman Sriwedari, Solo Safari dan Balai Kota dengan melibatkan dan menghidupkan kreativitas 15 sanggar tari yang ada di Kota Solo.(red.Al)


Posting Komentar

0 Komentar