Cirebon, tjahayatimoer.net - Masjid Keramat Megu memiliki situs peninggalan masa lalu di Kabupaten Cirebon, Jabar. Di dalam masjid ada tiga makam leluhur. Lantas, bagaimanakan kisah Masjid Keramat Megu Cirebon ini?
Masjid Keramat Megu dibangun Ki Buyut Megu atau Ki Buyut Atas Angin. Terletak di Desa Megugede Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Sebelum masuk harus melewati gapura kembar yang letaknya tepat di samping Jalan Raya Megu. Tidak jauh dari gapura tampak deretan bata merah yang menjadi batas area masjid.
Memasuki area teras masjid, terdapat bangunan bata merah setinggi pinggang orang dewasa. Di sampingnya terdapat pintu masuk kecil. Sehingga, bagi yang ingin masuk harus menunduk terlebih dahulu.
Menurut pegiat sejarah dan naskah kuno dari Komunitas Latar Wingking, Farihin menjelaskan alasan pintu masjid yang dibuat kecil. Ia mengatakan hal itu sebagai simbol menjauhkan diri dari kesombongan.
Menurutnya, secara psikologis, ketika orang masuk pintu kecil dan masuk dengan cara menunduk. Menunjukkan bagaimana teknologi bangunan pada zaman dulu untuk memperhalus sifat manusia serta menjauhkan diri dari segala niat buruk saat ingin masuk ke sebuah tempat.
Di dalam ruangan, terdapat tiga makam keramat yakni, makam Ki Buyut Megu dan istrinya Nyi Buyut Megu ,serta makam Pangeran Aria Natas Angin, seorang tokoh berpengaruh abad 18 dari Keraton Kasepuhan. Karena popularitasnya Pangeran Aria Natas Angin mendapatkan julukan dan kehormatan untuk dimakamkan dengan pendiri wilayah Megu yakni, Ki Buyut Megu atau disebut juga Ki Buyut Atas Angin.
"Pangeran yang dari Kasepuhan juga disebutkan Atas Angin juga, tapi untuk membedakan jadi Arya Natas Angin. Makanya tidak heran yang mengeluarkan SK kuncennya sendiri itu dari Keraton Kasepuhan," tutur Farihin, Minggu (3/3/2024).
Seperti sumur yang ada di Masjid Keramat Pasalakan. Awalnya, area makam berada di luar, namun karena perluasan area masjid, ketiga makam tersebut masuk area dalam masjid. Tepatnya di bagian teras belakang. Meskipun begitu struktur bangunan makam masih dipertahankan sebagaimana bentuk aslinya.
Di dalam masjid terdapat sembilan pintu yang terbuat dari kayu, pintu tersebut dibuka hanya di hari tertentu seperti salat Jumat dan salat Id. Di samping masjid, ada sebuah sumur keramat. Konon, pembuangan air sumur keramat tersebut ada di Kecomberan yang jaraknya cukup jauh dari Masjid Keramat Megu.
"Kecomberan ada di Selatan Kecamatan Talun, ini memang sulit dimengerti, gimana konsepnya, pembuangan air dari Megu kok ke selatan. Yang justru bertabrakan dengan konsep aliran air harusnya dari selatan ke utara, inikan dari utara ke selatan," tutur Farihin.
Di dalam ruangan, terdapat tiga makam keramat yakni, makam Ki Buyut Megu dan istrinya Nyi Buyut Megu ,serta makam Pangeran Aria Natas Angin, seorang tokoh berpengaruh abad 18 dari Keraton Kasepuhan. Karena popularitasnya Pangeran Aria Natas Angin mendapatkan julukan dan kehormatan untuk dimakamkan dengan pendiri wilayah Megu yakni, Ki Buyut Megu atau disebut juga Ki Buyut Atas Angin.
"Pangeran yang dari Kasepuhan juga disebutkan Atas Angin juga, tapi untuk membedakan jadi Arya Natas Angin. Makanya tidak heran yang mengeluarkan SK kuncennya sendiri itu dari Keraton Kasepuhan," tutur Farihin, Minggu (3/3/2024).
Seperti sumur yang ada di Masjid Keramat Pasalakan. Awalnya, area makam berada di luar, namun karena perluasan area masjid, ketiga makam tersebut masuk area dalam masjid. Tepatnya di bagian teras belakang. Meskipun begitu struktur bangunan makam masih dipertahankan sebagaimana bentuk aslinya.
Di dalam masjid terdapat sembilan pintu yang terbuat dari kayu, pintu tersebut dibuka hanya di hari tertentu seperti salat Jumat dan salat Id. Di samping masjid, ada sebuah sumur keramat. Konon, pembuangan air sumur keramat tersebut ada di Kecomberan yang jaraknya cukup jauh dari Masjid Keramat Megu.
"Kecomberan ada di Selatan Kecamatan Talun, ini memang sulit dimengerti, gimana konsepnya, pembuangan air dari Megu kok ke selatan. Yang justru bertabrakan dengan konsep aliran air harusnya dari selatan ke utara, inikan dari utara ke selatan," tutur Farihin.
Ada cerita juga yang menyebutkan sebelum masuk Islam, Ki Buyut Atas Angin bertarung terlebih dahulu dengan Raden Walangsungsang, setelah mengakui kesaktian Raden Walangsungsang. Akhirnya Ki Buyut Atas Angin masuk Islam dan membangun daerah Megu yang sekarang menjadi wilayah Megu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon.
Untuk menuju Masjid Keramat Megu, dari pusat kota, Alun Alun Kejaksaan Kota Cirebon, dapat mengambil arah ke Jalan Kartini menuju Jalan Kabupaten, lalu belok kanan ke Jalan Raya Cirebon Bandung, lalu belok kiri ke Jalan Fatahillah sampai Jalan Raya Megu nanti akan terlihat gapura kembar lalu belok kiri.(red.al)
0 Komentar