Bandung, tjahayatimoer.net - Menempuh perjalanan mudik di malam hari menjadi pilihan sebagian orang dengan alasan jalanan relatif lebih lengang. Namun, cuaca saat ini ekstrem, hujan bisa terjadi kapanpun, termasuk di malam hari.
Perjalanan mudik yang terasa dingin karena cuaca, tidak baik dipaksakan. Kepulangan ke kampung halaman, tentu untuk meraih kebahagiaan dengan berbagi cerita dan rezeki kepada orang di kampung, bukan untuk terbaring sakit.Karenannya, berbagai siasat bisa dilakukan selama perjalanan untuk menjaga tubuh tetap fit hingga sampai di kampung yang dirindukan. Di antaranya dengan mencukupi asupan makanan dan minuman yang hangat dan manis.
Jika memilih mudik via jalur selatan Jawa Barat, yang menghubungkan Bandung-Jawa Tengah, ada tempat untuk mengurai dingin perjalanan mudik di Nagreg. Tepatnya, di pinggir pintu perlintasan kereta api, satu barisan dengan Kantor Polsek Nagreg, Kabupaten Bandung.
Namanya, Kue Balok Cihapit M. Udju, buka 24 jam dan punya tempat yang cukup nyaman untuk beristirahat dari perjalanan mudik yang masih panjang. Yang khas, tentu saja kue balok dadakan. Kata Cihapit merujuk kepada Jalan Cihapit di Kota Bandung tempat pertama M. Udju atau Mang Udju menjajakan kue balok selama lebih dari 25 tahun.
Kue Bersejarah
Kue balok bukanlah penganan dari balok, melainkan bentuknya saja yang balok atau persegi panjang. Bahannya, tetap dari terigu dengan kreasi rasa yang beragam dan topping yang juga bermacam.
Di Bandung, kue balok menjadi makanan yang dianggap bersejarah. Berawal dari makanan yang sangat disukai orang Belanda ketika zaman penjajahan, kue balok kemudian menjadi makanan warga Bandung.
kue balok sebagai makanan warga Bandung telah ada sejak tahun 1950-an. Kue balok cenderung padat sehingga membuat penyantapnya cepat merasa kenyang. Orang-orang Bandung lebih suka makan kue balok dibandingkan roti.
Tien Surtini sebagai penikmat kue balok menyampaikan bahwa pada tahun 1952 dan 1959, kue balok memang menjadi alternatif sarapan selain bubur hanjeli, bubur labu siam yang ditaburi potongan tahu.
Dahulu kue balok dijajakan di pinggir jalan dengan gerobak pikul dan biasa disantap bersama kopi dan teh. Pembeli biasanya hanya membeli dua buah saja karena tekstur yang padat membuat kue ini mengenyangkan. Pada era tahun 1952-an penjual kue balok banyak tersebar di Jalan Astana Ayar Persimpangan Pagarsih dan di Tegalega.
Dikepit Arang Menyala
Memasak kue balok tak kalah menarik dari rasa kue balok itu sendiri. Sebabnya, adonan yang diletakkan pada cetakan, dibuat matang dengan cara dikepit atas bawah dengan arang.
Pertama, arang tungku yang letaknya di bawah cetakan kue balok. Sumber panas dari bawah untuk memanggang ini sudah umum, namun untuk masak pada keseluruhan sisi kue balok, ada wadah khusus seperti ember kotak terbuat dari besi untuk arang menyala sebagai penutup cetakan kue balok.
Sambil menyaksikan bagaimana pelayan menyajikan kue balok dadangan itu, pemudik yang singgah bisa sekalian turut menghangatkan tangan di dekat perapian.
Selayaknya membuat makanan dipanggang, topping diletakkan berbarengan ketika adonan dimasukkan ke cetakan. Di atas adonan dengan rasa original, coklat, atau greentea, dan lainnya, disematkan coklat chips, biji wijen, atau potongan keju.
Untuk mendapatkan kue balok ini, tidak perlu pengunjung membeli satu paket. Sekedar dua potong kue pun akan dilayani dengan ramah.
Gazebo dan Kursi Klasik
Tiba di Nagreg dalam perjalanan mudik dan singgah di kue balok Cihapit M. Udju, pemudik bisa menikmati pesanan di gazebo lesehan atau yang terdapat kursi-kursi klasik.
Kursi dan meja terbuat dari bahan kayu, bentuknya kursi-kursi tempo dulu. Yaitu, mejanya bundar dengan kursi yang rendah dan punya sandaran. Ada pula kursi dengan frame besi.
Di antara banyak kursi, ada kursi panjang yang alas dan sandarannya terbuat dari anyaman rotan tipis. Semua perlengkapan itu ditempatkan pada ruangan terbuka beratap ijuk dan bertiang bambu. Sangat klasik.
Duduk di area ini, apalagi pada malam hari, pengungjung akan merasa berada di tengah-tengah cahaya yang teduh, sebab lampu-lampu yang tidak terlalu menyilaukan dinyalakan di sekitar gazebo.
Yang berkesan juga adalah perlintasan kereta api Nagreg, yang jaraknya hanya 50 meter dari Stasiun Kereta Api Nagreg. Stasiun ini merupakan yang stasiun tertinggi di Indonesia yang masih aktif, yaitu berada pada ketinggian 848 meter di atas permukaan laut.
Dari tempat duduk di Kue Balok Cihapit, dapat telihat kerena api sesekali melintas ditandai dengan suara lonceng tanda pintu perlintasan bagi kendaraan mobil dan sepeda motor tertutup.
Di tempat tersebut, selain menikmati sajian kue balok, minuman penghangat tubuh seperti bandrek juga dapat dipesan. Bandrek adalah minuman tradisional berbahan utama jahe dan gula merah. Di Nagreg ini, bandrek disajikan dengan topping berupa kacang. Ketika diseruput, kacang yang mengambang akan ikut masuk pada sesapan pertama.
Jika tak suka bandrek, kopi arabika juga tersedia. Tersebutkan berbagai cara seduh kopi di tempat ini, ada dengan cara tubruk (true brew) atau dengan saringan V60.
Tak Hanya Kue Balok M. Udju
Kue Balok telah menjadi kudapan khas warga Bandung dan sekitarnya. Namun, jenama kue balok yang tersohor bukan hanya Kue Balok Cihapit M. Udju, ada pula jenama lain yang juga tersohor.
Baru-baru ini, Pj Bupati Garut, Barnas Adjidin mencicipi dan merekomendasikan Kue Balok Maranti. Dikutip dari situs Pemprov Jawa Barat, Barnas mengatakan kue balok tersebut enak dan dibuat dengan hieginitas yang baik.
Selayaknya membuat makanan dipanggang, topping diletakkan berbarengan ketika adonan dimasukkan ke cetakan. Di atas adonan dengan rasa original, coklat, atau greentea, dan lainnya, disematkan coklat chips, biji wijen, atau potongan keju.
Untuk mendapatkan kue balok ini, tidak perlu pengunjung membeli satu paket. Sekedar dua potong kue pun akan dilayani dengan ramah.
Gazebo dan Kursi Klasik
Tiba di Nagreg dalam perjalanan mudik dan singgah di kue balok Cihapit M. Udju, pemudik bisa menikmati pesanan di gazebo lesehan atau yang terdapat kursi-kursi klasik.
Kursi dan meja terbuat dari bahan kayu, bentuknya kursi-kursi tempo dulu. Yaitu, mejanya bundar dengan kursi yang rendah dan punya sandaran. Ada pula kursi dengan frame besi.
Di antara banyak kursi, ada kursi panjang yang alas dan sandarannya terbuat dari anyaman rotan tipis. Semua perlengkapan itu ditempatkan pada ruangan terbuka beratap ijuk dan bertiang bambu. Sangat klasik.
Duduk di area ini, apalagi pada malam hari, pengungjung akan merasa berada di tengah-tengah cahaya yang teduh, sebab lampu-lampu yang tidak terlalu menyilaukan dinyalakan di sekitar gazebo.
Yang berkesan juga adalah perlintasan kereta api Nagreg, yang jaraknya hanya 50 meter dari Stasiun Kereta Api Nagreg. Stasiun ini merupakan yang stasiun tertinggi di Indonesia yang masih aktif, yaitu berada pada ketinggian 848 meter di atas permukaan laut.
Dari tempat duduk di Kue Balok Cihapit, dapat telihat kerena api sesekali melintas ditandai dengan suara lonceng tanda pintu perlintasan bagi kendaraan mobil dan sepeda motor tertutup.
Di tempat tersebut, selain menikmati sajian kue balok, minuman penghangat tubuh seperti bandrek juga dapat dipesan. Bandrek adalah minuman tradisional berbahan utama jahe dan gula merah. Di Nagreg ini, bandrek disajikan dengan topping berupa kacang. Ketika diseruput, kacang yang mengambang akan ikut masuk pada sesapan pertama.
Jika tak suka bandrek, kopi arabika juga tersedia. Tersebutkan berbagai cara seduh kopi di tempat ini, ada dengan cara tubruk (true brew) atau dengan saringan V60.
Tak Hanya Kue Balok M. Udju
Kue Balok telah menjadi kudapan khas warga Bandung dan sekitarnya. Namun, jenama kue balok yang tersohor bukan hanya Kue Balok Cihapit M. Udju, ada pula jenama lain yang juga tersohor.
Baru-baru ini, Pj Bupati Garut, Barnas Adjidin mencicipi dan merekomendasikan Kue Balok Maranti. Dikutip dari situs Pemprov Jawa Barat, Barnas mengatakan kue balok tersebut enak dan dibuat dengan hieginitas yang baik.
Dia ingin kue balok buatan warga Kabupaten Garut itu juga menjadi viral dan laris penjualannya, sehingga menambah koleksi kudapan dari Garut selain dodol, burayot, dan coklat.
Situs itu menyebutkan, Kue Balok Maranti telah berdiri sejak tahun 1942, didirikan oleh Sopandi Hidayat (alm). Kini, usaha ini telah memiliki sejumlah cabang, menjangkau beberapa lokasi di Kadungora yaitu di Jalan Baru; Cigunung Agung; Caringin; dan di sebrang Kantor Kecamatan Leles.
Pemilik kios Kue Balok Maranti, Roni Hendarsyah (44), yang merupakan menantu pendiri Kue Balok Maranti mengatakan awalnya usaha itu Sopandi Hidayat, kemudian turun temurun dijalankan oleh cucu-cucunya.
Jika mudik melintas ke Garut, boleh jadi Kue Balok Maranti itu oleh-oleh yang pas! (red.Al)
Situs itu menyebutkan, Kue Balok Maranti telah berdiri sejak tahun 1942, didirikan oleh Sopandi Hidayat (alm). Kini, usaha ini telah memiliki sejumlah cabang, menjangkau beberapa lokasi di Kadungora yaitu di Jalan Baru; Cigunung Agung; Caringin; dan di sebrang Kantor Kecamatan Leles.
Pemilik kios Kue Balok Maranti, Roni Hendarsyah (44), yang merupakan menantu pendiri Kue Balok Maranti mengatakan awalnya usaha itu Sopandi Hidayat, kemudian turun temurun dijalankan oleh cucu-cucunya.
Jika mudik melintas ke Garut, boleh jadi Kue Balok Maranti itu oleh-oleh yang pas! (red.Al)
0 Komentar