Susunan Acara Harlah Ke-101 NU di Yogyakarta

  


Surabaya,    tjahayatimoer.net   - Nahdlatul Ulama (NU) sedang merayakan Hari Lahir (Harlah) ke-101. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar serangkaian acara untuk memperingatinya.

Puncak perayaan akan digelar di Yogyakarta pada 31 Januari 2024. Tepatnya di Kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.

Dikutip situs resmi NU Jabar, Ketua Panitia Pelaksana Harlah Ke-101 NU, Syarif Munawi mengungkapkan sederet rangkaian kegiatannya. Rangkaian acara sudah digelar sejak Senin (29/1/2024.

Susunan Acara Harlah Ke-101 NU:
1. Istigasah
Istigasah digelar di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Bantul. Istigasah tersebut dipimpin langsung Katib Aam PBNU, KH Akhmad Said Asrori, dengan mauidhah hasanah oleh Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar.

Partisipan yang turut serta dalam istigasah ini meliputi warga dan pengurus NU Bantul, kiai pesantren di Bantul, dan santri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran.

"Kegiatan doa bersama ini dimaksudkan untuk memohon pertolongan Allah bagi kemaslahatan Nahdlatul Ulama dan Indonesia. Sebagai ungkapan syukur atas perjalanan Nahdlatul Ulama yang telah mencapai 101 tahun Hijriah, panitia menyajikan 101 tumpeng untuk dinikmati bersama," kata Syarif dikutip situs resmi NU Jabar.

2. Halaqah Nasional
Setelah istigasah, perayaan Harlah Ke-101 NU dilanjutkan dengan Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama. Acara ini digelar di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, pada Senin (29/1/2024).

Halaqah dipandu Anggota Lakpesdam PBNU Prof Ismail Fajrie Alatas. Berikut ini sederet pembicara yang mengisi halaqah nasional tersebut:

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf
Wakil Rais Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir
COO Center for Shared Civilizational Values, North Carolina, USA, H Muhammad Cholil
Pengajar di Boston University, USA, Prof Robert W Hefner.
3. Konbes NU
Lalu ada Konferensi Besar (Konbes) NU di Hotel Melia Purosani, Yogyakarta pada Selasa (30/1/2024). Konbes fokus membahas Peraturan Perkumpulan (Perkum) yang mengatur dasar dan wewenang pembahasan dan penetapan hukum, metode dan proses pengambilan keputusannya, serta hal-hal terkait lainnya.

4. Puncak Harlah Ke-101 NU
Puncak Harlah Ke-101 NU akan digelar di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta pada Rabu (31/1/2024). Ada sederet acara dalam puncak perayaan ini, seperti:

Peresmian gedung kampus terpadu UNU Yogyakarta oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Penyerahan penghargaan kepada KH Ahmad Shiddiq (Rais Aam PBNU 1984-1991) sebagai Tokoh Pelopor Persaudaraan Kemanusiaan.
Kick-Off Pembangunan MBZ College for Future Studies.
Peresmian Galeri Seni Nusantara.
Peresmian Industry Hub oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Pertunjukan Teknologi Imersif: Ekspedisi Masa Depan.
Penampilan Teatrikal NU Masa Depan.
Dalam situs resmi NU Jabar juga dijelaskan dalam versi tahun Hijriah, NU memperingati Harlah ke-101. Hari istimewa ini jatuh pada 16 Rajab 1445 H atau 28 Januari 2024.

Sementara dalam versi tahun Masehi, NU akan merayakan Harlah ke-98. Puncak perayaan akan digelar pada 31 Januari 2024 di kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.

"Puncak peringatan Harlah tahun 2024 ini dilaksanakan di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, peresmian gedung kampus UNU Yogyakarta oleh Presiden Jokowi, sekaligus peletakan batu pertama kampus baru UNU Yogyakarta yang merupakan kembaran dari kampus yang sudah ada dan merupakan bantuan dari Yang Mulia Muhammad Bin Zayed (MBZ) dari UEA," kata Wakil Ketua Umum PBNU, H Amin Said Husni dikutip situs resmi NU.

Sekilas tentang NU
Sekitar 98 tahun yang lalu, NU didirikan di Jombang, Jawa Timur. Saat ini, kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berada di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat.

Ketua Umum PBNU saat ini yakni KH Yahya Cholil Staquf. Sementara Rais 'Aam-nya yakni KH Miftachul Akhyar. Hingga saat ini, jumlah anggota NU mencapai puluhan juta jiwa.

Organisasi bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) berdiri pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Waktu itu, NU dipimpin KH Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Untuk menegaskan prinsip dasar NU, Kiai Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar).

Kemudian, sang kiai juga merumuskan Kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Dua kitab tersebut diejawantahkan dalam Khittah NU. Khittah NU tersebut dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak di bidang sosial, keagamaan dan politik.

Hingga saat ini, yang biasa disebut sebagai pendiri NU adalah tiga kiai asal Jombang. Meski di luar mereka ada sederet nama lainnya yang turut berperan di awal-awal terbentuknya NU. Berikut ini tiga kiai asal Jombang tersebut:

KH Hasyim Asy'ari
KH Abdul Wahab Hasbullah
KH Bisri Syansuri
Mengapa mereka bertiga? Karena mereka yang berperan banyak di awal pembentukan NU. Mereka juga pimpinan tertinggi NU waktu itu.

Kiai Asy'ari adalah pemimpin tertinggi pertama yakni rais akbar. Disusul rais aam kedua yakni Kiai Wahab dan rais aam ketiga, Kiai Bisri.(red.al)

Posting Komentar

0 Komentar