Kediri, tjahayatimoer.net – Memahami pentingnya nilai toleransi di masyarakat yang dianggap mulai melemah, membuat pihak SDN Besowo 2 tergugah untuk membangun tiga tempat ibadah sekaligus dalam satu lokasi.
Setelah melewati diskusi panjang dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat sekitar, akhirnya inisiasi dari sang Kepala Sekolah SDN Besowo 2, Yunus Priyambodo untuk membangun tiga tempat ibadah itu pun dapat terealisasikan.
“Kami diskusi dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Semua sadar nilai toleransi sudah sangat memprihatinkan. Kami pun mulai muncul kekhawatiran,” terang Yunus
Konsep membangun tiga tempat ibadah itu diusulkannya, dengan tujuan agar dapat mengajarkan sejak dini kepada murid-muridnya terkait toleransi umat beragama.
“Jadi saya menginisiasi bagaimana kalau kita mendirikan tiga tempat ibadah. Untuk mengajarkan sejak dini tentang kerukunan umat beragama,” urai Yunus.
Dalam prosesi permulaan proyek dan peletakan batu pertama itu, tak lupa diadakan pula doa bersama.
“Peletakan batu pertama juga diawali dengan doa bersama. Doa oleh tiga agama ditambah kejawen,” terang Yunus.
Secara keseluruhan proses pembangunan diakuinya berjalan dengan lancar. Pasalnya, warga tak hanya membantu secara fisik, tetapi juga dalam hal pendanaan berupa donasi. Sehingga, pihak sekolah tidak mengeluarkan dana sama sekali dalam prosesnya.
“Tokoh masyarakat, tokoh agama dan terutama wali murid sangat luar biasa antusiasmenya. Sekolah tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Ini murni donasi masyarakat. Seperti komite sekolah, masyarakat sekitar, dan lainnya,” aku Yunus.
Akhirnya, dalam waktu enam bulan, pembangunannya pun rampung. Tiga tempat ibadah itu pun kini sudah berdiri kokoh di SDN Besowo 2. Bahkan, bangunan tersebut sudah diresmikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri Mokhamat Muhsin dan para pemuka agama, pada Rabu (10/1).
Menurutnya, bangunan itu bukan hanya simbol semata. Melainkan juga sebagai bukti komitmen masyarakat sekitar dan juga sekolah untuk mengedepankan toleransi. Yunus pun menambahkan, setidaknya di SD tersebut ada 62 siswa yang menganut agama berbeda-beda. Sebanyak 42 orang beragama Islam, 14 siswa Hindu, dan 2 anak Kristen.
Tiga tempat ibadah itu akan digunakan untuk praktek agama setiap harinya. Seperti penerapan Shalat Dhuha bagi yang Muslim, doa pagi bagi yang Kristen, dan doa sebelum belajar bagi yang beragama Hindu.
“Selama ini kami sudah menerapkan itu, namun dengan adanya tempat ibadah ini agar lebih mengena,” jelas Yunus.
Selain untuk tempat belajar dan ibadah para siswa, ketiga tempat ibadah itu juga dibuka untuk dimanfaatkan masyarakat umum. Mengingat selama ini tempat ibadah lokasinya jauh, terutama pura dan gereja yang tidak ada di dusun ini.(red.al)
0 Komentar