Jakarta, tjahayatimoer.net - Proses pencalonan Jenderal Agus Subiyanto sebagai Panglima TNI di DPR terbilang mulus. Tak ada aral melintang, Jenderal Agus akan segera disepakati sebagai Panglima TNI oleh anggota Dewan di Senayan, Jakarta.
Jenderal Agus menjalani uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test mulai pukul 10.00 WIB di Komisi I DPR, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (13/11). Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo, dan KSAL Laksamana M Ali turut mendampingi Jenderal Agus ke Komisi I DPR.Pada saat menjalani menjalani fit and proper test, Jenderal Agus menyampaikan visi 'PRIMA', yakni Profesional, Responsif, Integratif, Modern, dan Adaptif.
"Dalam pandangan saya guna terlaksananya semua tugas TNI yang telah ditetapkan saya memiliki visi TNI yang PRIMA, yaitu TNI yang profesional, responsif, integratif, modern, dan adaptif. Dalam rangka membangun institusi TNI yang memiliki daya tahan dan daya tempur guna menghadapi serta mengatasi segala bentuk ancaman, gangguan, dan tantangan yang akan membahayakan integritas bangsa dan negara," kata Agus dalam pemaparannya.
Agus lantas memiliki sejumlah misi untuk mewujudkan visinya. Pertama, memelihara dan memantapkan profesionalisme TNI sebagai alat pertahanan negara. "Kedua, meningkatkan kemampuan yang responsif dalam menghadapi perkembangan lingkungan yang strategis," ujarnya.
Selanjutnya, Agus ingin memantapkan kemampuan TNI yang integratif serta bersinergi dengan kepolisian, kementerian, dan lembaga dan komponen bangsa lainnya. Keempat, lanjut Agus, perlunya mewujudkan percepatan modernisasi alutsista sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Kelima mewujudkan TNI yang adaptif terhadap tuntunan tugas dan spektrum ancaman," lanjut Agus.
Dalam pemaparannya juga, Agus menyebutkan TNI akan mendorong percepatan modernisasi alutsista menggunakan teknologi artificial intelligence (AI).
"Dalam rangka mewujudkan percepatan modernisasi alutsista di tubuh TNI, maka pemanfaatan kemajuan teknologi artificial intelligence atau kecerdasan buatan dan informatika," kata Agus.
Agus mengatakan pemberlakuan itu untuk menunjang keefektifan dalam penggunaan alat di kubu TNI. Modernisasi alutsista diperlukan untuk pengamanan jalur logistik.
"Modernisasi alutsista berbasis digital juga diperlukan sebagai kebutuhan untuk mendukung pengamanan jalur logistik maritim sebagai wujud kontribusi TNI dalam menyukseskan visi poros maritim dunia," katanya.
TNI disebutnya akan melakukan optimalisasi pemanfaatan produk untuk pengembangan industri pertahanan. Pihaknya akan memaksimalkan ahli teknologi dan ahli pengetahuan yang ada.
"Berikutnya TNI berkomitmen untuk melakukan optimalisasi pemanfaatan produk dan mendukung pengembangan industri strategis pertanahan nasional menuju kemandirian alutsista dengan memaksimalkan TOT atau ahli teknologi dan TOK (ahli pengetahuan)," kata Agus.
"Ke depan, pengadaan alutsista, perlengkapan dan peralatan di jajaran TNI harus berdasarkan kebutuhan satuan di mana prosesnya dilakukan secara transparan dan akuntabel sesuai prinsip good governance," lanjutnya.
Untuk para prajurit TNI, Jenderal Agus Subiyanto menekankan pesan untuk tidak sekali-kali bersikap arogan. Apalagi, kata Agus, menyakiti hati rakyat.
"Apabila negara, rakyat dan pemerintah nantinya memberikan kepercayaan dan amanah kepada saya untuk memegang tampuk pimpinan TNI, maka di bawah kepemimpinan saya selaku Panglima TNI, saya akan menekankan kepada seluruh prajurit untuk tidak sekali-kali melakukan arogansi," kata Agus.
Agus juga meminta prajurit untuk tidak menyalahgunakan senjata dan amunisi. Serta tidak menyakiti hati rakyat, karena sejatinya kata Agus, TNI lahir dari rakyat.
"Serta tidak menyalahgunakan senjata dan munisi yang dapat melukai dan menyakiti hati rakyat. TNI justru harus menjadi perisai dan pelindung rakyat, Karena sejatinya TNI lahir dan tumbuh dari rakyat untuk rakyat," ucap Agus.
Selain itu, Jenderal Agus Subiyanto berkomitmen memberikan jaminan netralitas TNI pada Pemilu 2024. Jenderal Agus menjamin di bawah kepemimpinannya TNI akan netral dalam Pemilu 2024.
"Saya berkomitmen untuk memberikan jaminan netralitas TNI pada setiap tahapan pemilu sekaligus akan memperkuat sinergitas dan soliditas TNI-Polri dalam mengamankan jalannya proses demokrasi melalui latihan dan posko bersama," kata Agus.
Terkait kondisi Papua, Jenderal Agus Subiyanto memperkenalkan pendekatan 'smart power'. Agus menjelaskan pendekatan ini merupakan kombinasi antara hard power dan soft power di TNI.
"Untuk mengatasi konflik vertikal seperti masalah di Papua. Pendekatan smart power yang merupakan kombinasi antara hard power, soft power, dan diplomasi militer mutlak dilakukan," kata Agus.
Agus menyampaikan pendekatan hard power yang dilakukan prajurit TNI yakni dengan melakukan siaga tempur. Sementara pendekatan soft power, lanjut Agus, dilakukan dengan mendorong kesejahteraan di Papua yang menggandeng berbagai kementerian/lembaga terkait.
"Hard power melalui siaga tempur untuk menghadapi kombatan dalam penegakan hukum. Soft power dengan mendukung percepatan pembangunan dan kesejahteraan di Papua. Pendekatan soft power tersebut dilakukan secara bersama-sama bersinergi antara TNI dengan semua kementerian/lembaga serta para pemangku kepentingan terkait," ujar dia.
Agus juga akan melakukan langkah diplomasi militer yang perlu dilakukan TNI dalam menangani konflik Papua. Menurutnya, langkah ini bertujuan membangun hubungan antarprajurit dan menyamakan pandangan mengenai penyelesaian masalah Papua.
Setelah Jenderal Agus memberikan pemaparan, rapat dilakukan secara tertutup untuk pendalaman Komisi I terhadap Jenderal Agus. Komisi I DPR kemudian membuka kembai rapat dan menyepakati nama Jenderal Agus sebagai Panglima TNI baru.
"Memberikan persetujuan terhadap pengangkatan Jenderal TNI Agus Subiyanto sebagai Panglima TNI," ujar Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid.(red.al)
Agus lantas memiliki sejumlah misi untuk mewujudkan visinya. Pertama, memelihara dan memantapkan profesionalisme TNI sebagai alat pertahanan negara. "Kedua, meningkatkan kemampuan yang responsif dalam menghadapi perkembangan lingkungan yang strategis," ujarnya.
Selanjutnya, Agus ingin memantapkan kemampuan TNI yang integratif serta bersinergi dengan kepolisian, kementerian, dan lembaga dan komponen bangsa lainnya. Keempat, lanjut Agus, perlunya mewujudkan percepatan modernisasi alutsista sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Kelima mewujudkan TNI yang adaptif terhadap tuntunan tugas dan spektrum ancaman," lanjut Agus.
Dalam pemaparannya juga, Agus menyebutkan TNI akan mendorong percepatan modernisasi alutsista menggunakan teknologi artificial intelligence (AI).
"Dalam rangka mewujudkan percepatan modernisasi alutsista di tubuh TNI, maka pemanfaatan kemajuan teknologi artificial intelligence atau kecerdasan buatan dan informatika," kata Agus.
Agus mengatakan pemberlakuan itu untuk menunjang keefektifan dalam penggunaan alat di kubu TNI. Modernisasi alutsista diperlukan untuk pengamanan jalur logistik.
"Modernisasi alutsista berbasis digital juga diperlukan sebagai kebutuhan untuk mendukung pengamanan jalur logistik maritim sebagai wujud kontribusi TNI dalam menyukseskan visi poros maritim dunia," katanya.
TNI disebutnya akan melakukan optimalisasi pemanfaatan produk untuk pengembangan industri pertahanan. Pihaknya akan memaksimalkan ahli teknologi dan ahli pengetahuan yang ada.
"Berikutnya TNI berkomitmen untuk melakukan optimalisasi pemanfaatan produk dan mendukung pengembangan industri strategis pertanahan nasional menuju kemandirian alutsista dengan memaksimalkan TOT atau ahli teknologi dan TOK (ahli pengetahuan)," kata Agus.
"Ke depan, pengadaan alutsista, perlengkapan dan peralatan di jajaran TNI harus berdasarkan kebutuhan satuan di mana prosesnya dilakukan secara transparan dan akuntabel sesuai prinsip good governance," lanjutnya.
Untuk para prajurit TNI, Jenderal Agus Subiyanto menekankan pesan untuk tidak sekali-kali bersikap arogan. Apalagi, kata Agus, menyakiti hati rakyat.
"Apabila negara, rakyat dan pemerintah nantinya memberikan kepercayaan dan amanah kepada saya untuk memegang tampuk pimpinan TNI, maka di bawah kepemimpinan saya selaku Panglima TNI, saya akan menekankan kepada seluruh prajurit untuk tidak sekali-kali melakukan arogansi," kata Agus.
Agus juga meminta prajurit untuk tidak menyalahgunakan senjata dan amunisi. Serta tidak menyakiti hati rakyat, karena sejatinya kata Agus, TNI lahir dari rakyat.
"Serta tidak menyalahgunakan senjata dan munisi yang dapat melukai dan menyakiti hati rakyat. TNI justru harus menjadi perisai dan pelindung rakyat, Karena sejatinya TNI lahir dan tumbuh dari rakyat untuk rakyat," ucap Agus.
Selain itu, Jenderal Agus Subiyanto berkomitmen memberikan jaminan netralitas TNI pada Pemilu 2024. Jenderal Agus menjamin di bawah kepemimpinannya TNI akan netral dalam Pemilu 2024.
"Saya berkomitmen untuk memberikan jaminan netralitas TNI pada setiap tahapan pemilu sekaligus akan memperkuat sinergitas dan soliditas TNI-Polri dalam mengamankan jalannya proses demokrasi melalui latihan dan posko bersama," kata Agus.
Terkait kondisi Papua, Jenderal Agus Subiyanto memperkenalkan pendekatan 'smart power'. Agus menjelaskan pendekatan ini merupakan kombinasi antara hard power dan soft power di TNI.
"Untuk mengatasi konflik vertikal seperti masalah di Papua. Pendekatan smart power yang merupakan kombinasi antara hard power, soft power, dan diplomasi militer mutlak dilakukan," kata Agus.
Agus menyampaikan pendekatan hard power yang dilakukan prajurit TNI yakni dengan melakukan siaga tempur. Sementara pendekatan soft power, lanjut Agus, dilakukan dengan mendorong kesejahteraan di Papua yang menggandeng berbagai kementerian/lembaga terkait.
"Hard power melalui siaga tempur untuk menghadapi kombatan dalam penegakan hukum. Soft power dengan mendukung percepatan pembangunan dan kesejahteraan di Papua. Pendekatan soft power tersebut dilakukan secara bersama-sama bersinergi antara TNI dengan semua kementerian/lembaga serta para pemangku kepentingan terkait," ujar dia.
Agus juga akan melakukan langkah diplomasi militer yang perlu dilakukan TNI dalam menangani konflik Papua. Menurutnya, langkah ini bertujuan membangun hubungan antarprajurit dan menyamakan pandangan mengenai penyelesaian masalah Papua.
Setelah Jenderal Agus memberikan pemaparan, rapat dilakukan secara tertutup untuk pendalaman Komisi I terhadap Jenderal Agus. Komisi I DPR kemudian membuka kembai rapat dan menyepakati nama Jenderal Agus sebagai Panglima TNI baru.
"Memberikan persetujuan terhadap pengangkatan Jenderal TNI Agus Subiyanto sebagai Panglima TNI," ujar Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid.(red.al)
0 Komentar