Harga Tomat di Kabupaten Kediri Merosot

 

KEDIRI,   tjahayatimoer.net  - Petani tomat tengah mengalami kegalauan. Pasalnya, di pasaran harga tomat sedang merosot. Padahal, kini musim panen. Tak ayal, keuntungan yang didapat sangat alot.

Bahkan, sebagian petani memilih tidak memanen tanaman tomatnya. Karena dihitung-hitung justru mengalami kerugian. Namun begitu, tidak seluruh petani mengambil langkah serupa. Beberapa memilih sebaliknya. Yakni tetap memanen tanamannya. Harapannya minimal agar balik modal.

“Tetap dipanen, setidaknya agar balik modal, atau setidaknya untung tipis-tipis,” terang Sodik Saputro, 61, salah satu warga Katang, Ngasem.

Sodik yang memiliki lahan sawah di Paron, Ngasem, lebih memilih untuk menjual panenannya itu langsung ke pedagang grosir. Pasalnya, harga yang didapatkan relatif lebih mahal. Walaupun hanya selisih sedikit.

Per Senin (30/10), di pedagang grosir Pasar Ngronggo. Dari hasil panenannya, dia memperoleh harga Rp 2,3 ribu per kilogram (kg). Dengan harga segitu, menurutnya setidaknya masih kembali modal.

Bila dijual ke tengkulak, justru akan merugi. Karena memiliki selisih sekitar Rp 500 hingga Rp 1 ribu di bawahnya. “Itungannya untuk biaya ambil. Jadi saya lebih pilih antar sendiri ke grosir,” terang pria berkacamata itu.

Jika beberapa petani tomat memilih untuk tidak memanen karena justru merugi untuk membiayai buruh petik. Sodik justru berpendapat berbeda. Dia lebih memilih untuk tetap memanennya. Bila memang harganya murah, dia lebih memilih untuk diberikan ke tetangga ataupun warga lainnya.

“Bisa diberikan ke anak yatim, atau yang lainnya. Kan lebih bermanfaat daripada dibiarkan,” akunya.

Menurut Sodik, dibandingkan tahun lalu, harga tomat memang alami penurunan. Tahun lalu antara Rp 5 ribu. bahkan bisa sampai Rp 15 ribu. untuk saat ini, standarnya harga Rp 3 ribu. Namun, di pasaran hanya antara harga Rp 2 ribu hingga Rp 2,5 ribu. “Karena stoknya banyak, berbeda kalau saat hujan. Biasanya harganya lebih mahal,” tandasnya.(red.al)

Posting Komentar

0 Komentar