Upacara dan Atraksi Silat Warnai Peringatan Hari Santri di Ponpes Lirboyo

  


KEDIRI,   tjahayatimoer.net  -Jika santri di zaman penjajahan harus jihad dengan berperang, santri di era kecanggihan teknologi seperti sekarang harus jihad dengan cara baru. Yakni, melawan kemalasan dengan rajin belajar.


Hal tersebut diungkapkan oleh Pengasuh Ponpes Al Mahrusiyah Lirboyo di Kelurahan Ngampel, Mojoroto Gus Reza Ahmad Zahid. Ditemui usai upacara peringatan Hari Santri kemarin, dia memotivasi para santri untuk menjadikan belajar sebagai wujud jihad.

“Dulu leluhur (kiai dan santri, Red) berjuang dengan melawan penjajah. Sekarang sebagai penerus harus berjuang dengan menuntut ilmu,” kata Gus Reza ditemui sekitar pukul 12.30 kemarin.

Lebih jauh Gus Reza mengungkapkan, apel Hari Santri yang digelar di pesantrennya kemarin bukan sekadar acara seremonial. Melainkan jadi momentum untuk mengingat perjuangan para santri dan ulama terdahulu.

Cucu Kiai Mahrus Aly yang tahun 1945 silam mengajak para santri Ponpes Lirboyo mengikuti jihad melawan tentara sekutu di Surabaya itu menuturkan, para santri sekarang harus tetap melanjutkan perjuangan ulama dengan cara menuntut ilmu sebaik mungkin. Sehingga santri bisa jadi generasi penerus yang adaptif dengan perkembangan zaman tetapi tidak mudah terprovokasi.

Untuk diketahui, peringatan Hari Santri di Ponpes Lirboyo kemarin diisi dengan sejumlah kegiatan. Selain upacara, para santri juga unjuk kebolehan dalam ilmu bela diri. Acara yang digelar tepat usai upacara itu juga diisi atraksi santri.

Di antaranya, menunjukkan kebolehan mereka dalam memainkan golok saat melawan musuh. Selanjutnya, ada pula santri yang unjuk kebolehan memecahkan genting dan batu bata menggunakan kepala. Bergulingan di tanah saat terjatuh tak membuat mereka menyerah. Tepuk tangan hingga sorak sorai para santri lain yang menonton membuat mereka semakin bersemangat.

Muhammad Fahmi Zakaria, 18, salah satu santri mengaku senang dengan digelarnya peringatan Hari Santri kemarin. “Saya bangga. Santri tidak hanya diajari mengaji tetapi juga untuk mengabdi pada NKRI,” jelas pemuda asal Sumatera Selatan itu.


Ahmad Ferdian, 20, santri lainnya juga senang dengan peringatan Hari Santri kemarin yang lebih meriah. Dia begitu bersemangat menyaksikan atraksi-atraksi yang diperlihatkan para santri saat mempraktikkan ilmu bela diri yang dimiliki. “Kami senang karena Hari Santri diperingati secara khusus,” paparnya.(read.al)

Posting Komentar

0 Komentar