Jakarta, tjahayatimoer.net - Serangan kelompok pejuang Palestina Hamas ke wilayah Israel pada Sabtu lalu mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, Israel dikenal memiliki sistem pertahanan dan intelijen yang baik, sehingga membuatnya sulit untuk ditembus.
Taktik yang digunakan oleh Hamas dalam serangan mereka terhadap Israel pada Sabtu lalu merupakan taktik yang paling canggih. Kelompok ini menggunakan udara, laut dan darat dalam istilah militer yang dikenal sebagai operasi multi-domain.
Pada awalnya, mereka melakukan serangan awal terhadap pos pengamatan Israel menggunakan drone sebelum serangan roket besar-besaran berhasil melumpuhkan pertahanan Iron Dome Israel. Setelah berhasil, pasukan Hamas kemudian masuk secara fisik ke dalam Israel.
Berikutnya adalah infiltrasi fisik yang belum pernah terjadi sebelumnya, menyerang sasaran sipil dan militer Israel dari berbagai arah. Yang mendasari semua kegiatan ini adalah penggunaan taktik ketakutan terhadap warga sipil.
Hamas juga menyerang sasaran militer Israel. Mereka berhasil melumpuhkan dan menangkap beberapa pasukan serta menyita peralatan militer Israel.
Strategi Hamas
Dalam laporan media Qatar Al Jazeera, Hamas tampaknya belajar dari berbagai sumber. Mereka mengambil inspirasi dari infrastruktur militer Hizbullah dan strategi perang pemberontak. Mereka telah menerima pelatihan, pendanaan dan senjata dari Iran.
Kelompok ini telah memanfaatkan pembelajaran dari pertemuan masa lalu dengan pasukan Israel, mempelajari taktik yang digunakan oleh para pejuang di Jenin pada tahun 2002, dan menerapkan inovasi mereka sendiri dalam bentuk alat peledak rakitan (IED), jaringan terowongan, perang psikologis, dan perang asimetris.
Hamas telah memanfaatkan keahlian Iran dalam pembuatan roket buatan sendiri dan meningkatkan akurasi dan jangkauannya.
Pertemuan di masa lalu dengan pasukan Israel, khususnya selama perang di Gaza tahun 2014, telah mengajarkan Hamas pentingnya perang perkotaan dan penggunaan infrastruktur sipil sebagai perisai.
Mereka juga telah memasukkan taktik ini ke dalam serangan mereka saat ini, menggunakan daerah padat penduduk sebagai lokasi peluncuran roket dan menyembunyikan senjata serta pusat komando dan kendali di bangunan sipil.
Hal ini menciptakan dinamika dimana ketika Hamas diserang oleh bom Israel, kedua belah pihak dapat saling menuduh melanggar hukum internasional. Hukum Konflik Bersenjata melarang penargetan warga sipil musuh.
Pelajaran dari Jenin
Hamas tampaknya juga mendapatkan wawasan spesifik dari taktik yang digunakan oleh para pejuang Jenin selama Pertempuran Jenin pada tahun 2002. Menurut Human Rights Watch (HRW), pada April 2002, serangan Israel terhadap kamp pengungsi Jenin mengakibatkan sedikitnya 52 warga Palestina terbunuh.
Pertempuran Jenin adalah peristiwa penting dalam konflik Israel-Palestina, di mana para pejuang Palestina menggunakan kombinasi taktik pemberontak, IED, dan strategi perang kota melawan militer Israel.
Salah satu pelajaran penting yang didapat Hamas dari Pertempuran Jenin adalah efektivitas IED dalam menimbulkan korban jiwa dan mengganggu operasi militer Israel. IED berbiaya rendah dan mudah disembunyikan, menjadikannya alat yang berharga untuk peperangan asimetris.
Melihat keuntungannya, Hamas sejak itu memasukkan IED ke dalam persenjataannya, menggunakannya untuk menargetkan kendaraan, patroli, dan instalasi militer Israel. Jika Israel melancarkan serangan darat ke Gaza, kita hampir pasti akan melihat taktik ini digunakan lagi.
Salah satu pembelajaran terbesar yang diperoleh Hamas dari para pejuang Jenin adalah pentingnya mobilitas strategis dan kejutan. Selama Pertempuran Jenin, para pejuang Jenin memanfaatkan jaringan terowongan untuk memindahkan pejuang dan perbekalan, menghindari pasukan Israel, dan melancarkan serangan mendadak.
Hamas sejak itu banyak berinvestasi dalam infrastruktur terowongan, membangun jaringan jalur bawah tanah yang luas yang memungkinkan mereka melewati pos pemeriksaan Israel dan melancarkan serangan dari lokasi yang tidak terduga. Serangan saat ini telah membawa kejutan ke tingkat yang baru.
Perencanaan Matang
Penggunaan terowongan dan fasilitas bawah tanah hampir pasti membantu penyembunyian persiapan dari intelijen Israel. Namun, upaya yang dilakukan untuk menyembunyikan hal tersebut merupakan tingkat kecanggihan lain.
Di dalam ruang bawah tanah itu, Hamas akan mempelajari pengumpulan intelijen Israel, mengidentifikasi sumber-sumber Israel dan memfokuskan mereka pada hal lain, sehingga persiapannya akan disembunyikan dalam apa yang oleh badan intelijen disebut sebagai background noise.
Penyelundupan Senjata
Pada akhirnya, Hamas memiliki IED, roket, dan senjata ringan buatan sendiri yang melengkapi sejumlah kecil senjata canggih yang juga mudah untuk diselundupkan.
Inilah sebabnya mengapa kelompok ini mengandalkan peperangan asimetris. Mereka menggunakan strategi serangan tabrak lari, penyergapan, dan tembakan penembak jitu untuk meminimalkan korban jiwa.
Selain itu, taktik ini dapat memaksimalkan dampak operasi dengan mengurangi konfrontasi langsung.(red.NR)
0 Komentar