Kediri, tjahayatimoer.net - Tenun ikat bandar adalah salah satu kerajinan tangan asal Kediri. Kerajinan tangan ini telah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal Jatim pada tahun 2022.
Tenun Ikat Bandar:1. Sejarah Tenun Ikat Bandar
Berawal dari letak strategis yang diyakini memiliki pelabuhan sungai besar, Kota Kediri akhirnya mendapat julukan Bandar. Julukan tersebut merujuk pada daerah di bagian barat sungai yang digunakan sebagai tempat singgah kapal-kapal dagang besar.
Terkait teknik pembuatan, tenun ikat bandar dibuat menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang diprediksi sudah ada sejak awal era 1900-an. Bukti keberadaan tenun ini terlihat dari temuan 6 kain tenun yang dibuat pada 1910. Temuan ini bisa dijumpai di Tropenmuseum, Kota Amsterdam, Belanda.
Usaha kerajinan tenun di Kota Kediri dikembangkan oleh para pengusaha keturunan Tionghoa. Lokasi usaha kerajinan tenun di kawasan Pecinan, dengan komoditas utama sarung tenun. Usaha tenun ini mencapai masa kejayaan pada 1950-an. Namun terpaksa berhenti akibat pergolakan politik nasional pada 1965.
Beberapa pengusaha pribumi masih tetap beroperasi dengan memproduksi sarung tenun. Kemudian, para eks karyawan perusahaan tenun yang mayoritas tinggal di wilayah Bandar Lor dan Bandar Kidul memulai usaha tenun dengan bekal keterampilan semasa menjadi buruh tenun.
Perkembangan usaha kerajinan tenun Kediri pun mengalami pasang surut. Termasuk ketika terjadi krisis ekonomi pada 1997. Namun, tenun ikat bandar berhasil bertahan hingga saat ini.
2. Cara Produksi Tenun Ikat Bandar
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, produksi tenun ikat bandar cukup panjang. Setidaknya ada 4 tahap yang harus dikerjakan untuk menghasilkan tenun ikat bandar.
Pencelupan Benang
Benang putih yang telah digulung, kemudian dipilah-pilah untuk diberi pewarna berbeda-beda. Proses pewarnaan ini akan menjadi warna dasar kain.
Pemintalan
Proses selanjutnya dilakukan dengan menggulung benang yang telah diwarnai. Benang digulung ke dalam kelos (tempat untuk menggulung benang). Satu proses pemintalan bisa mencapai 90 pintalan.
Skeer
Lalu menata benang yang sudah dipintal ke dalam bum. Proses ini disebut skeer. Benang ditata menggunakan alat skeer sesuai hitungan yang telah ditentukan. Bum merupakan tempat yang digunakan untuk menggulung benang lungsi.
Grayen
Proses terakhir adalah grayen, yaitu penyambungan benang ke alat tenun. Proses grayen merujuk pada proses penyambungan benang lama dengan benang baru yang digulung di bum.
3. Proses Pembuatan Pakan atau Umpan
Proses pembuatan pakan atau umpan disebut juga proses pembuatan benang arah horizontal. Berikut 10 proses yang harus dilakukan.
Pemintalan benang putih
Penataan benang putih yang telah dipintal ke dalam bidangan (tempat menata benang)
Pembuatan desain tenun ikat
Pengikatan motif dengan menggunakan rafia (Bekas ikatan yang tidak terkena zat warna saat proses pencelupan ini akan membentuk motif tenun ikat)
Pencelupan dengan warna yang lebih bervariasi dari lungsi
Pemberian warna kombinasi atau colet
Pelepasan tali/oncek
Penguraian benang
Pemintalan pakan pada palet (Bentuk palet lebih kecil agar benang pakan bisa masuk dalam teropong)
Proses tenun (menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin atau ATBM)
4. Ciri Khas Tenun Ikat Bandar
Dilansir dari situs resmi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM, tenun ikat bandar memiliki ciri khas motif bekas ikatan yang berwarna putih. Adapun motif-motif tersebut bernuansa bunga dan garis.
Motif lainnya yang juga banyak dijumpai di antaranya gunungan yaitu bentuk pegunungan, ceplok dan salur yaitu bunga, wajik yaitu segiempat, salur yaitu garis-garis, dan tirto tirjo yaitu aliran air.(read.al)
0 Komentar