Ini Hasil Ekskavasi Tahap 3 Bangunan Suci Pra Majapahit di Jombang

 


 

Jombang,  tjahayatimoer.net   - Ekskavasi tahap 3 Situs Watu Kucur di persawahan Dusun Penanggalan, Desa Dukuhdimoro, Mojoagung, Jombang menghasilkan sejumlah temuan penting. Antara lain arah hadap dan pagar bangunan suci peninggalan zaman pra Majapahit.

Arkeolog Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim Nurmala mengatakan ekskavasi tahap 3 Situs Watu Kucur berhasil menemukan seluruh sisa-sisa struktur tangga bangunan suci berbahan bata merah kuno. Struktur tapak tangga ini panjangnya 292 cm dari timur ke barat, sedangkan lebarnya 350 cm dari selatan ke utara.

Tinggi struktur yang tersisa hanya 1-2 lapis bata merah. Temuan ini menjadi bukti bahwa bangunan suci di Situs Watu Kucur dulunya menghadap ke barat. Sebab tangga untuk naik ke candi tersebut berada di sisi barat.

"Temuan struktur tapak tangga di sisi barat yang menandakan orientasi bangunan sudah pasti ke barat,Senin (23/10/2023).

Ekskavasi tahap 3 berlangsung 10 hari, yaitu 11-20 Oktober 2023. Penggalian arkeologi difokuskan terhadap 19 kotak gali seluas 77 meter persegi di sekeliling struktur utama atau bangunan suci. Struktur utama tersebut ditemukan dalam ekskavasi tahap 2 pada 7-16 Oktober 2021.

Bangunan suci tersebut berdenah bujur sangkar yang konsentris, yakni terdiri dari 3 kotak yang semakin ke dalam semakin memusat. Kotak paling luar berukuran 11,6 x 11,5 meter, tebal 120 cm, tinggi yang tersisa 60 cm atau 7 lapis bata. Sudut barat daya dan barat laut struktur ini sudah hilang.

Kotak lapis kedua sekitar 80 cm di dalam kotak pertama. Ukurannya 7,5 x 7,5 meter persegi, tebal 87 cm, tinggi yang tersisa 70 cm. Sedangkan kotak lapis ketiga berjarak 105 cm dari kotak kedua. Luasnya 3,5 x 3,5 meter persegi, tebal 58 cm, tinggi yang tersisa 65 cm atau 8 lapis bata.

Di dalam kotak ketiga terdapat sumur 2,4 x 2,4 meter dengan kedalaman 118 cm dari permukaan kotak ketiga. Sayangnya, kotak peripih yang lazimnya diletakkan di sumur candi, sudah hilang karena perburuan harta karun di masa lalu. Peripih biasa diisi logam mulia sebagai roh sebuah candi.

Selain tapak tangga, lanjut Nurmala, ekskavasi tahap 3 juga menemukan struktur sisa pagar keliling candi di Situs Watu Kucur. Struktur ini sekitar 11 meter di sebelah barat candi. Panjangnya sekitar 200 cm dari selatan ke utara, tebalnya sekitar 50-60 cm. Sedangkan tinggi struktur yang tersisa hanya 2 lapis bata merah.

Hanya saja, pihaknya tidak menemukan sambungan dari struktur pagar tersebut ketika melakukan tes pit atau lubang gali. Menurutnya, tes pit dilakukan 11 meter di sebelah utara bangunan suci dengan membuka 2 lubang gali. Padahal, 2 titik tes pit di tanah dengan permukaan yang lebih tinggi.

"Artinya struktur sudah habis sehingga tidak kami temukan. Tes pit di sisi selatan dan timur eksisting tanah lebih rendah kalau diambil jarak 11 meter. Pasti struktur juga sudah hilang," jelasnya.

Ekskavasi tahap 3 Situs Watu Kucur, tambah Nurmala, juga berhasil menampakkan seluruh permukaan tanah asli ketika bangunan suci difungsikan pada masa lalu. Sedangkan temuan lepas mayoritas berupa fragmen genting yang semakin menguatkan hipotesis candi ini dulunya mempunyai atap.

"Kami ratakan berdasarkan permukaan tanah asli struktur utama, sisi selatan, barat, utara dan timur. Tanah asli maksudnya pijakan masa lalu ketika bangunan itu difungsikan," tandasnya.

Struktur utama di Situs Watu Kucur diperkirakan bekas bangunan suci Agama Hindu Siwa. Pada zaman dulu kala, bangunan ini digunakan untuk memuja Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Hipotesis tersebut dibuktikan dengan temuan batu yoni di Situs Watu Kucur.

Batu berdimensi 100x100x96,5 cm itu merupakan representasi Dewi Parwati. Batu yoni di situs ini dibuat polos tanpa hiasan ukiran. Sayangnya, batu lingga sebagai perwujudan Dewa Siwa sampai saat ini belum ditemukan. Hanya terdapat lubang tempat lingga berukuran 25,5 x 25,5 cm dan sedalam 49 cm tepat di tengah permukaan yoni.

Batu yoni di Situs Watu Kucur sudah bergeser dari tempat asalnya. Seharusnya yoni terletak di atas sumur bangunan suci. Namun, ketika ekskavasi tahun 2021, yoni ditemukan di sudut tenggara kotak lapis kedua. Posisi 11 batu umpak besar dan sejumlah umpak kecil juga banyak bergeser dari tempat aslinya.

Ihwal periodesasi Situs Watu Kucur, petunjuk yang ditemukan arkeolog sebatas karakter bata merah kuno penyusun struktur bangunan suci ini. Tempat pemujaan ini disinyalir dibangun pada masa Mpu Sindok, penguasa Kerajaan Medang. Sebab dimensi setiap batanya mirip dengan bata merah di Candi Gentong dan Candi Brahu.

Kedua candi di Trowulan, Mojokerto itu peninggalan Kerajaan Medang pada masa Mpu Sindok tahun 929-947 masehi. Candi Gentong dan Brahu sekitar 1,5 Km di sebelah timur laut Situs Watu Kucur. Sementara Kerajaan Majapahit baru berdiri tahun 1293 masehi.

Situs Watu Kucur ditemukan di lahan milik Setyo Budi, warga Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto. Bangunan suci tersebut terletak di perkebunan tebu Dusun Penanggalan, Desa Dukuhdimoro, Kecamatan Mojoagung, Jombang. Lahan ini dulunya punden yang dianggap keramat oleh warga setempat selama puluhan tahun.(read.al)

Posting Komentar

0 Komentar