6 Update Perang Hamas-Israel: Jumlah Korban, AS Turun Tangan



Jakarta, tjahayatimoer.net -  Konflik bersenjata antara kelompok pejuang Palestina, Hamas, dengan Israel pecah pada Sabtu (7/10/2023). Ini ditandai serangan Hamas yang secara besar-besaran memasuki wilayah Selatan Negeri Yahudi itu.

Israel pun merespons dan menyatakan perang untuk pertama kalinya sejak 1973.

Berikut perkembangan terbarunya , Senin (9/10/2023):

1. Korban tewas tembus 1.100 orang

Jumlah korban tewas dalam konflik tersebut melonjak di atas 1.000 orang setelah kelompok militan Palestina melancarkan serangan kejutan besar-besaran dari Gaza.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menguatkan bangsa yang terkejut dan berduka atas perang yang "panjang dan sulit" sehari setelah Hamas menembakkan ribuan roket ke Israel dan mengirimkan gelombang milisi yang menembak mati warga sipil dan menyandera sedikitnya 100 orang.

Eskalasi pertumpahan darah tersebut secara tajam meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan menewaskan lebih dari 600 orang di pihak Israel, kerugian terburuk negara tersebut sejak perang Arab-Israel tahun 1973 ketika negara tersebut diserang oleh koalisi yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah dalam pertempuran yang terjadi di wilayah pendudukan.

"Israel terkejut dengan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Jonathan Panikoff, direktur Inisiatif Keamanan Timur Tengah Scowcroft. "Saya telah mendengar banyak perbandingan dengan 9/11, dan banyak warga Israel yang kesulitan memahami bagaimana hal ini bisa terjadi," katanya, dilansir AFP.

Pejabat Gaza melaporkan sedikitnya 413 kematian di daerah kantong miskin dan terblokade yang berpenduduk 2,3 juta orang, yang dilanda serangan udara Israel terhadap 800 sasaran menjelang apa yang dikhawatirkan banyak orang sebagai invasi darat.

2. Israel evakuasi 260 mayat dari festival musik

Layanan penyelamatan Israel Zaka mengatakan bahwa parademiknya telah mengeluarkan sekitar 260 jenazah dari sebuah festival musik yang diserang oleh Hamas.

Video yang diposting online menunjukkan pengunjung festival berlari dengan panik dan masuk ke mobil setelah serangan tersebut.

"Kami bahkan tidak punya tempat untuk bersembunyi karena kami berada di ruang terbuka," kata pengunjung festival, Tal Gably.

"Semua orang menjadi sangat panik dan mulai mengambil barang-barang mereka," tambahnya.

3. Amerika Serikat (AS) kirim armada dekati Israel

AS akan mengirimkan beberapa kapal dan pesawat militer lebih dekat ke Israel sebagai bentuk dukungan. Hal ini disampaikan Menteri Pertahanan Lloyd Austin, Minggu (8/10/2023).

Austin dalam sebuah pernyataan memerintahkan pemindahan Kelompok Serangan Kapal Induk USS Gerald R. Ford ke Mediterania Timur yang lebih dekat ke Israel. Pasukan tersebut mencakup kapal induk, sebuah kapal penjelajah berpeluru kendali, dan empat kapal perusak berpeluru kendali.

Austin juga mengatakan Washington juga telah mengambil langkah-langkah untuk menambah skuadron pesawat tempur F-35, F-15, F-16, dan A-10 Angkatan Udara AS di wilayah tersebut. Dia mengatakan AS juga akan memberikan amunisi kepada Israel.

Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Minggu bahwa bantuan tambahan untuk Pasukan Pertahanan Israel sedang dikirim dan lebih banyak lagi akan menyusul dalam beberapa hari mendatang. Wakil Presiden AS Kamala Harris juga melakukan panggilan telepon dengan Presiden Israel Isaac Herzog.

4. Titah Rusia soal konflik Hamas-Israel

Pemerintah Rusia buka suara soal pertempuran terbaru antara Israel dan kelompok Hamas di Gaza, Palestina. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia, Maria Zakharova, Sabtu (7/10/2023).

Menurut Zakharova, Rusia menganggap eskalasi konflik di wilayah itu sebagai konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. Menurutnya, perlu ada cara-cara politik dan diplomatik.

"Ini (dapat diselesaikan) melalui pembentukan proses negosiasi penuh mengenai perjanjian internasional yang mengatur pembentukan negara Palestina merdeka berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur, hidup damai dan aman dengan Israel," katanya dikutip media resmi Rusia, TASS.

Rusia juga melihat eskalasi besar-besaran dalam konflik Palestina-Israel sebagai muara dari kesalahan Barat, yang diketahui selalu memblokir beberapa resolusi di PBB terkait Timur Tengah.

"Kami menganggap eskalasi situasi dalam skala besar saat ini sebagai manifestasi lain yang sangat berbahaya dari lingkaran setan kekerasan, yang merupakan konsekuensi langsung dari ketidakpatuhan sistemik terhadap resolusi relevan PBB dan Dewan Keamanannya serta pemblokiran oleh pihak Barat atas kerja kuartet mediator internasional Timur Tengah yang terdiri dari Rusia, AS, UE, dan PBB."

5. Maskapai dunia ramai-ramai batalkan penerbangan ke Tel Aviv

Lusinan penerbangan ke dan dari Tel Aviv dibatalkan oleh maskapai penerbangan besar pada hari Sabtu dan Minggu setelah Hamas melancarkan serangan besar-besaran. Ini membuat turis yang berlibur di Israel terdampar dan membuat warga Israel di luar negeri berjuang mencari cara untuk kembali ke rumah.

American Airlines, Air France, Lufthansa, Emirates, dan Ryanair termasuk di antara mereka yang menarik penerbangan ke Bandara Ben Gurion di Tel Aviv.

Namun, otoritas bandara tidak menghentikan hubungan udara komersial dengan bandara internasional kedua Israel di Eilat, sebuah tujuan wisata di Laut Merah. Maskapai penerbangan Israel El Al mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka mempertahankan penerbangannya di Tel Aviv untuk saat ini, meskipun beberapa penerbangan yang dioperasikan oleh mitra asing telah dibatalkan.

"Kami mungkin membatalkan penerbangan ke tempat-tempat yang tidak memiliki banyak warga Israel untuk membantu warga Israel lainnya di tempat lain," kata seorang juru bicara kepada AFP.

6. Iran bantu Hamas serang Israel

Para perwira Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) telah bekerja dengan Hamas sejak Agustus untuk merancang serangan udara, darat dan laut yang dilancarkan kelompok itu pada Sabtu lalu. Hal ini berdasarkan pernyataan anggota senior Hamas dan Hizbullah yang berbicara kepada Wall Street Journal.

"Rincian operasi tersebut disempurnakan dalam beberapa pertemuan di Beirut yang dihadiri oleh petugas IRGC dan perwakilan dari empat kelompok militan yang didukung Iran, termasuk Hamas, yang memegang kekuasaan di Gaza, dan Hizbullah, sebuah kelompok militan Syiah dan faksi politik di Lebanon," kata mereka.

Para pejabat AS mengatakan mereka belum melihat bukti keterlibatan Teheran.Namun, seorang pejabat Eropa dan penasihat pemerintah Suriah memberikan penjelasan yang sama tentang keterlibatan Iran menjelang serangan tersebut seperti yang dilakukan oleh anggota senior Hamas dan Hizbullah.

Ditanya tentang pertemuan tersebut, Mahmoud Mirdawi, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan bahwa kelompok tersebut merencanakan serangannya sendiri. "Ini adalah keputusan Palestina dan Hamas," katanya. (red.NR)

Posting Komentar

0 Komentar