Blitar, tjahaytimoer.net – Tlogo Gentong merupakan perkampungan terasing di Kabupaten Blitar. Letaknya di lereng Gunung Kawi yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Blitar.
Secara administratif, Tlogo Gentong menjadi bagian dari Desa Sumberurip, Kecamatan Doko. Berjarak 41 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Blitar, Tlogo Gentong hingga saat ini tampak menjadi perkampungan terangsingkan.
Jalur menuju perkampungan yang telah ada sejak puluhan tahun tersebut cukup sulit dilalui. Tidak ada jalan beraspal, hanya jalur tanah liat berbatu.
Sejauh mata memandang, yang terlihat hanyalah hamparan hutan dan pepohonan. Suhu dingin langsung menusuk tubuh saat memasuki perkampungan Tlogo Gentong yang berada di lereng Gunung.
Secara historis Tlogo Gentong merupakan perkampungan bagi pekerja pabrik teh PT. Sari Bumi Kawi. Warga yang tinggal di perkampungan ini pun sudah turun temurun selama puluhan tahun lalu.
Sejak dulu perkampungan ini juga hanya ditempati oleh belasan kepala keluarga saja. Rumah warga pun hanya berdindingkan kayu atau semi permanen. Tidak ada listrik. Apalagi jaringan internet.
Menurut warga setempat, jaringan listrik dari turbin masuk ke kampung Tlogo Gentong sekitar tahun 2000-an. Sebelum itu, warga hidup dalam kegelapan atau mengandalkan diesel yang akan padam pada pukul 21.00 WIB.
“Enjih kaet alit kulo wonten mriko, ket taun pinten niko taun seket lak mboten klintu, riyen mriko rame (iya dari kecil saya sudah disana, sejak tahun berapa dulu kalau tidak salah tahun 1950 kalau tidak salah, dulu di sana ramai,” ungkap Mesinem, warga Tlogo Gentong, Senin (28/8/2023).
Perkampungan ini terbentuk, karena banyaknya pekerja dan buruh petik teh pabrik PT. Sari Bumi Kawi. Para buruh memilih membuat rumah di sekitar perkebunan teh agar tidak capek pulang pergi, hingga akhirnya terbentuklah perkampungan Tlogo Gentong.
Menurut warga, Tlogo Gentong berdiri jauh sebelum Dusun Sumberurip ada. Seluruh warga Tlogo Gentong pun adalah pekerja pabrik teh PT. Sari Bumi Kawi.
“Enggih riyen nyambut wonten pabrik, mboten nganti luwe teng pabrik, diwei beras mengke bayaran 15 dino pisan beras 15 dino pisan, tenan lo mas kui mbah e kaet cilik kok (Iya dulu bekerja di pabrik, tidak sampai kelaparan dikasih beras, gajian setiap 15 hari, dikasih beras setiap 15 hari sekali, benar lo itu mas, saya dari kecil di sana kok),” cerita perempuan tua yang duduk emper rumahnya itu.
Meski terasingkan dan minim fasilitas publik, para buruh petik teh merasa nyaman tinggal di Tlogo Gentong. Di kampung ini mereka menikah dan memiliki banyak anak.
Bagi warga, Tlogo Gentong merupakan tempat paling nyaman dan tenteram. Tidak terbersit dalam pikiran warga untuk pergi atau keluar dari Tlogo Gentong demi mencari tempat tinggal yang lebih nyaman.
Namun kenyataan tidak sejalan dengan harapan warga. PT. Sari Bumi Kawi yang menaungi para buruh petik teh bangkrut.
Tanaman teh yang biasa dipetik oleh warga pun beralih menjadi perkebunan kayu. Para pekerja pun kehilangan mata pencahariannya.
Sebagian warga memilih untuk bercocok tanam di lahan milik perkebunan dan lainnya memilih untuk beternak kambing demi bisa mempertahankan hidup.
“Halah ditanemi mawon sakjane mboten asal la pripun timbang mboten aangsal panganan lan yotro (sebetulnya tidak boleh ditanami tapi gimana lagi dari pada tidak bisa makan dan tidak dapat uang),” tutupnya.
Kini sebagian besar warga Tlogo Gentong telah pergi meninggalkan perkampungannya. Mereka kini menempati rumah yang dibuatkan oleh perusahan perkebunan teh di Desa Sumberurip Kecamatan Doko Kabupaten Blitar. (red.IY)
0 Komentar