Kediri, tjahayatimoer.net - Sempat lupa ikut seleksi, Kirei terkejut ketika namanya dipanggil dalam kegiatan pramuka di sekolahnya. Kini, dia berharap bisa jadi pembawa bendera ketika bertugas di Istana Negera nanti.
Raut wajahnya terlihat gembira. Senyum juga tersungging di gadis yang saat itu berbaju kemeja kotak-kotak warna merah itu. Wajar, karena dia baru saja meraih sukses. Melewati berbagai seleksi berat sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendara Pusaka (Paskibraka). Yang akan menjalankan tugas ketika peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Negara 17 Agustus mendatang.
“Alhamdulillah bisa jadi wakil Kabupaten Kediri dan Jawa Timur,” ucap gadis bernama lengkap Kirei Na Hana Ramadhani ini, beberapa hari sebelum bertolak ke Jakarta untuk menjalani karantina.
Duduk di gazebo di halaman sekolahnya, SMAN 2 Pare, gadis yang karib disapa Kirei ini awalnya tak menyangka bisa lolos ke Paskibrakan nasional. Padahal, dunia paskibra baru saja dia tekuni. Yaitu ketika duduk di kelas 10.
“Awalnya bahkan saya tidak berminat (jadi anggota paskibra). Ingin fokus belajar saja,” kisah remaja 16 tahun ini.
Tapi, nasib berkehendak beda. Dia terpilih jadi komandan peleton (danton) dalam ajang baris-berbaris. Mewakili sekolahnya di lomba tingkat kabupaten. Setelah itu dia kemudian mengikuti seleksi paskibrakan tingkat sekolah.
Dan, gadis yang namanya bermakna bunga cantik di bulan Ramadan lolos. Dikirim ke pemilihan tingkat kabupaten. Lagi-lagi, seleksi akhir Februari itu dia lewati. Padahal pesertanya mencapai ratusan siswa dari seluruh Kabupaten Kediri.
“Seleksinya sistem gugur,” terangnya.
Yang diujikan tak hanya soal baris-berbaris saja. Juga kesehatan, administrasi, hingga tes inteligensi umum. Juga ada sesi wawancara. Sebagian seleksi berlangsung di jam belajar. Membuat dia harus mendapat dispensasi dari sekolah.
Sebenarnya, keikutsertaan Kirei dalam seleksi ini sempat tak disetujui orang tua. Pasangan Andri Ariani dan Hendrik Ahmad Fauzi, ayah dan ibu Kirei, menganggap snag putri terlalu banyak kegiatan. Namun, keinginan yang kuat dari sang gadis membuat hati keduanya luluh juga.
Singkat kata, setelah tinggal enam anak, seleksi berganti ke tingkat provinsi. Dan Kirei adalah salah satu di antaranya. “Seleksi di tingkat provinsi bulan Mei lalu,” terangnya.
Di tingkat provinsi ini Kirei tak berharap apa-apa. Apalagi, oleh tim penguji yang berasal dari militer, dia mendapat koreksi yang tergolong banyak. Seperti soal gerakan PBB-nya yang salah serta kekeliruan lainnya. Hal itulah yang membuatnya seperti kena mental. Yang membuatnya tak berpikir akan lolos menjadi Paskibraka nasional.
Sepulang dari seleksi itu, Kirei kembali ke aktivitas keseharian. Bahkan, nyaris melupakan bila akan ada pengumuman siapa yang lolos. Karena waktu pengumuman dengan seleksi tergolong lama.
Hingga, ketika dia mengikuti agenda penutupan kegiatan kepramukaan di sekolahnya. Saat itulah namanya diumumkan menjadi peraih skor tertinggi dalam seleksi Paskibraka. Artinya, terpilih menjadi anggota Paskibraka yang akan bertugas di Istana Negara. Berpasangan dengan wakil putra yang berasal dari Kabupaten Madiun.
Prestasi itu seakan membayar kerja kerasnya selama ini. Sebelum mengikuti seleksi di tingkat Jatim, latihan fisik dia lakukan. Baik itu lari, push-up hingga sit-up. Latihan keras itupun terbayar lunas.
Setelah terpilih ke tingkat Nasional, ada satu harapan dari Kirei. Yaitu, saat bertugas nanti dia terpilih sebagai pembawa bendera.
0 Komentar