Stafsus Sri Mulyani Respons Pidato AHY soal Ekonomi RI Mandek


Jakarta, tjahayatimoer.net -  Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo merespons pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) soal kondisi ekonomi Indonesia yang mandek dalam sembilan tahun terakhir.



Pernyataan itu ia lontarkan dalam pidato politik yang disiarkan di kanal Youtube Partai Demokrat pada Jumat (14/7).




Dalam pidatonya, AHY menyebut ekonomi Indonesia menurun sementara utang terus meroket. Menanggapi hal itu, Yustinus menyanggah pernyataan AHY dengan 14 poin.




Pertama, ia menyebut pidato AHY menggelitik lantaran saat dunia menjuluki RI sebagai titik terang di tengah suramnya ekonomi global, AHY justru menuding ekonomi Indonesia mandek.




Kedua, Yustinus menanggapi komentar AHY yang menyebut saat ekonomi turun, pemerintah justru membangun infrastruktur secara besar-besaran. Yustinus mengatakan pembangunan infrastruktur harus diakselerasi demi mengejar kemajuan, meningkatkan konektivitas, menurunkan biaya logistik, dan menumbuhkan sektor ekonomi baru.




"Daya saing akan naik dan kesejahteraan merata. Ini prasyarat niscaya bagi Indonesia untuk maju," kata Yustinus dalam akun Twitternya @prastowo, Minggu (30/7).




Ketiga, ia menyebut pemerintah mengakselerasi infrastruktur tanpa mengabaikan perlindungan sosial bagi masyarakat rentan dan miskin.




Keempat, Yustinus mengatakan pemerintah telah menyediakan berbagai program pemberdayaan untuk mendukung akses permodalan UMKM serta untuk masyarakat miskin dan rentan dilakukan melalui subsidi bunga, UMi, dan KUR.




"Pun demikian dengan akses ke pekerjaan melalui program Prakerja dan pelatihan di BLK," jelasnya.





Kelima, ia memaparkan pada 2022 dukungan UMKM terealisasi sebesar Rp26,1 triliun, KUR tersalur Rp364,3 triliun untuk 7,6 juta debitur. Selain itu, pemerintah memberikan jaminan korporasi Rp2,2 T untuk 8 debitur.




Keenam, Yustinus memaparkan belanja pegawai tumbuh rata-rata 3,8 persen sejak 2019 hingga 2022. Kenaikan belanja pegawai digunakan untuk kenaikan gaji dan pensiun pokok, THR, gaji ke-13, serta perbaikan tukin K/L.




Untuk tenaga pendidik, pemerintah memberikan tunjangan profesi guru (TPG) non PNS untuk 577 ribu dan TPG PNS untuk 1,06 juta guru.





"Tukin ini penilaian yang lebih fair karena didasarkan pada capaian kinerja. Selanjutnya, kita tunggu kejutan dalam Pidato Presiden RUU APBN 16 Agustus nanti," katanya.





Ketujuh, Yustinus menanggapi pidato AHY yang mengatakan prioritas dan alokasi anggaran negara seharusnya diarahkan untuk petani, nelayan, kaum buruh, dan golongan lemah lainnya. Secara khusus, AHY menyebut subsidi listrik untuk kalangan miskin, subsidi solar untuk nelayan, dan subsidi pupuk untuk petani, harusnya lebih diperkuat dan tepat sasaran.





Yustinus lalu memaparkan subsidi pupuk cenderung naik rata-rata 36,8 persen selama 2019-2022. Pemerintah disebut menyiapkan dan mematangkan skema subsidi yang lebih adil dan tepat sasaran.





Kedelapan, pemerintah disebut menjamin petani menjual hasil panen pada harga terbaik dengan menerapkan kebijakan SSRG (Skema Subsidi Resi Gudang).





"Mestinya Mas AHY masuk ke dalam detail dan mengkritik formulasi dan implementasi, tak sekadar melempar tudingan tanpa dasar," katanya.





Kesembilan, Yustinus menanggapi tudingan AHY yang mengatakan pertumbuhan ekonomi RI stagnan di 5 persen hingga meningkatkan kemiskinan dan pengangguran. Stafsus Sri Mulyani itu lalu memaparkan pada 2022 ekonomi RI tumbuh 5,3 persen dan tertinggi dalam satu dekade terakhir, serta lebih kuat daripada rata2 kawasan regional.





Atas pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tersebut, pemerintah diklaim berhasil menurunkan tingkat pengangguran, kemiskinan dan ketimpangan.





"Jadi mana data yang menunjukkan kemiskinan dan pengangguran meningkat? Sebaiknya tidak ahistoris, mengabaikan pengaruh dan dampak pandemi covid-19 dan dinamika perekonomian global beberapa waktu terakhir," katanya.




Kesepuluh, ia menjelaskan soal kondisi ekonomi Indonesia. Pada 2018 dan 2019, ekonomi RI stabil masing-masing di 5,2 persen dan 5 persen.
Menurutnya, angka itu lebih baik dari negara-negara lain di dunia. (red.js)





Posting Komentar

0 Komentar