Iran Murka, Ancam Hukum Habis-habisan Pelaku Pembakaran Al Quran



Jakarta, tjahayatimoer.net -  Iran mengancam bakal menghukum habis-habisan siapa pun yang membakar kitab suci umat Islam, Al Quran, usai rentetan insiden pembakaran Al Quran terjadi di Swedia beberapa bulan terakhir.




Pemimpin Tertinggi Pasukan Al Quds Angkatan Bersenjata Iran (IRGC), Ali Mohammadi-Sirat, mengatakan orang yang tidak menghormati Al Quran harus merasa ketakutan sepanjang hidupnya.




Diberitakan CBS, menurut media pemberontak Iran Internasional, Mohammadi-Sirat meminta pihak berwenang Swedia untuk menyerahkan Salwan Momika, pelaku pembakaran Al Quran saat Iduladha, kepada mereka dengan alasan bahwa siapa pun yang menghina Nabi Muhammad dan Al Quran harus dieksekusi.




Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei juga menggemakan peringatan yang sama dan menuntut agar Swedia menyerahkan sang pengungsi Irak itu kepada mereka.




"Penghinaan terhadap Al Quran di Swedia adalah peristiwa pahit, konspiratif, berbahaya," kata Khamenei dalam unggahan media sosial.




"Ini adalah pendapat semua cendekiawan Islam bahwa mereka yang menghina Al Quran pantas mendapatkan hukuman terberat," lanjut dia.




Komandan Garda Revolusi, Mayor Jenderal Hossein Salami, juga mengatakan bahwa Iran "tidak akan membiarkan mereka yang menghina Al Quran mendapatkan keamanan."



"Jika seseorang ingin bermain dengan Al Quran dan agama kami, kami akan bermain dengan seluruh dunia," ujar Salami seperti dikutip Iran International.




Ia kemudian melanjutkan, "Cepat atau lambat tangan dendam para mujahid akan mencapai politisi dan manajer panggung di balik kejahatan semacam ini, dan kami akan memberikan hukuman tertinggi kepada pelaku tersebut."




Kemarahan para pejabat Iran ini muncul setelah serangkaian aksi pembakaran Al Quran terjadi di Swedia beberapa waktu terakhir, yang secara nyata diizinkan oleh kepolisian negara itu.




Salah satu insiden bahkan terjadi saat Iduladha, hari raya umat Islam, yang dilakukan oleh seorang pengungsi Irak, Salwan Momika, di luar Masjid Agung Stockholm.




Protes pun pecah di sejumlah negara dengan menargetkan Kedutaan Besar Swedia. Seiring dengan itu, orang-orang Swedia beberapa kali menjadi target serangan.





Di samping Iran, pemerintah Irak juga mengambil langkah tegas dengan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Stockholm. Sejumlah negara mayoritas Muslim juga memanggil duta besar Swedia di negara masing-masing untuk mengajukan protes secara resmi.




Melihat ancaman yang meluas ini, pemerintah Iran pun pekan ini mulai gencar memberantas aksi kontraterorisme dengan menginstruksikan 15 lembaga pemerintah, termasuk angkatan bersenjata dan badan penegak hukum, untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan.




Menteri Kehakiman Gunnar Strommer mengatakan langkah-langkah itu bakal memungkinkan Swedia untuk "mencegah dan menghambat terorisme dan ekstremisme."




Meski tengah dilanda ancaman besar, warga Swedia justru semakin banyak yang mengajukan izin berdemonstrasi dengan membakar kitab suci.




Perdana Menteri Ulf Kristersson pun menyampaikan keprihatinannya dan khawatir bahwa jika izin semacam itu diberikan maka bisa memperburuk ancaman yang sudah ada.




"Jika diizinkan, kita akan menghadapi beberapa hari di mana ada risiko yang jelas dari sesuatu yang serius terjadi. Saya sangat khawatir tentang apa yang bisa menyebabkan itu," kata Kristersson.




Dia lantas mewanti-wanti bahwa Dinas Keamanan Swedia saat ini menyatakan negara itu kini dianggap sebagai target kekerasan "prioritas", setelah selama ini dianggap sebagai target yang "sah" oleh kelompok militan. (red.js)


Posting Komentar

0 Komentar