Pare, tjahayatimoer.net - Tentara genie pelajar di Pare memiliki satu seksi khusus dalam hal logistik tempur. Terutama dalam hal membuat alat peledak. Mereka adalah seksi fabrikage.
Seksi fabrikage memegang peranan vital dalam perjalanan gentara genie pelajar (TGP) dan Serangan Umum 22 Mei 1949 di Pare. Seksi ini tidak hanya bertugas untuk menjaga Sekolah Teknik (ST) Pare sebagai markas saja. Lebih dari itu, mereka memiliki tugas untuk memproduksi alat ledak dan bahan peledaknya.
Menurut buku ‘Serangan Oemoem 22 Mei 1949 Kota Pare’, bahan peledak tersebut berasal dari isian bom. Kemudian dirakit menjadi peledak atau lazim disebut futong dalam teks Jepang.
“Bahan utama dari peledak tersebut adalah trinitrotoluena (TNT) yang dibungkus kantong karet atau bahan yang tahan air,” ujar Kangko Bambang Prasetyo, putra dari ex-TGP.
Menurut Kangko, ada beberapa sistem pengeboman yang diproduksi oleh seksi fabrikage tersebut. Antara lain model detonator tarik, listrik, sumbu api, dan diledakkan secara mekanis dengan perangkap. Penggunaan dari sistem tersebut disesuaikan dengan bahan dan model peledak.
Kangko menyebut, seksi ini memiliki tugas yang relatif berat. Tidak hanya itu, mereka juga memiliki faktor risiko yang tinggi. Terlebih pada saat pemindahan atau transportasi. Dari lokasi pembuatan ke tempat penghadangan atau pertempuran yang telah ditentukan.
Risiko besar itu dikarenakan peledak yang dipasang memiliki berat antara 25 kilogram (kg) hingga 50 kg. Bahkan, ada peledak atau bom yang memiliki berat sampai 200 kg. “Risikonya sangat besar. Itulah mengapa seksi ini menjadi vital,” tutur Kangko.
Menurut keterangannya, seksi ini tidak hanya terdiri dari pasukan yang tergabung dalam fabrikage saja. Melainkan juga terdapat siswa dan guru ST Pare. Terutama yang ada pada bidang teknik permesinan.
Sementara itu, Hendro Widjonarko, guru sejarah SMPN 4 Pare mengatakan bahwa seksi ini menjadi tumpuan pasukan TGP dan TNI kala itu. Pasalnya, seksi inilah yang memproduksi logistik yang digunakan untuk melakukan pertempuran dengan pasukan penjajah.
Menurut Hendro, tanpa adanya dukungan dari seksi fabrikage, pertempuran melawan penjajah rasanya akan sulit dilakukan. Namun, dengan kepiawaian mereka dalam merakit persenjataan, pasukan memiliki bekal yang kuat untuk mengalahkan tentara Belanda.
“Seksi ini memproduksi logistik tempur yang digunakan pasukan. Perannya sangat besar dalam masa perjuangan,” tandas Hendro
0 Komentar