Acara penutupan Dugderan di kota Semarang tandai datangnya bulan suci Ramadhan 1444 H

 


Semarang, tjahayatimoer.net -, Inilah rangkaian acara puncak tradisi Dugderan di Kota Semarang dalam rangka menyambut bulan Ramadhan 1444 H 2023.


Puncak acara tradisi Dugderan di Semarang akan dimeriahkan oleh kirab budaya dan arak arakan Warak Ngendog.


Mengutip dari akun Instagram Disbudpar Kota Semarang, Dugderan tahun ini digelar lebih meriah dibanding tahun sebelumnya pasca pandemi Covid 19


Terdapat dua rangkaian tradisi Dugderan di Semarang.

Pertama, karnaval Dugderan di Lapangan Simpang Lima pada 20 Maret 2023 pukul 13.00 WIB.


Kegiatan ini akan diikuti oleh ribuan siswa se Kota Semarang dan dimeriahkan oleh penampilan seni budaya Tari Gebyar Dugder.


Sementara karnaval akan diberangkatkan mulai pukul 16.00 WIB. Adapun untuk rutenya meliputi Simpang Lima - Jalan Pahlawan - Taman Indonesia Kaya.


Kedua, arak arakan Warak Ngendog dan kirab budaya yang akan dimulai dari Balai Kota Semarang pada 21 Maret 2023 pukul 13.30 WIB.



Untuk rutenya, start dari Balai Kota Semarang - Jalan Pemuda - Bank Mandiri - Quuen City - Masjid Agung Semarang - Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).


Selain Warak Ngendog, pawai budaya dalam rangka Dugderan ini juga akan dimeriahkan oleh Pasukan Bregada dan Srikandi Sorogeni.


Sorogeni sendiri diartikan sebagai semangat seperti api yang membara. Harapannya, dengan dibukanya Dugderan ini dapat menggambarkan semangat baru yang lebih kuat dari tahun sebelumnya.


Tradisi Dugderan menandai akan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan di tutup berupa arak arakan Warak ngendok tradisi yang sudah ada sejak tahun 1981 di kota Semarang,Warak ngendok simulasi patung berupa hewan dengan kepala Warak Ngendog seperti naga, tubuhnya seperti burak (kendaraan Nabi Muhammad ketika Isra), dan kakinya menyerupai kaki kambing


mencerminkan tiga etnis agama yang ada di kota Semarang yang dapat hidup rukun berdampingan etnis Tionghoa,etnis Jawa ,dan etnis Arab


Kata "warak" sendiri berasal dari bahasa Jawa yang bermakna 'badak'. Namun demikian, pendapat lain mengatakan "warak" berasal dari bahasa Arab yang bermakna 'suci'. Dan ngendhog (bertelur) disimbolkan sebagai hasil pahala yang didapat seseorang setelah sebelumnya menjalani proses suci. (red.Ags)

Posting Komentar

0 Komentar