Jakarta, tjahayatimoer.net - Jumlah korban gempa Turki dan Suriah terus bertambah. Sepekan pascagempa, jumlah korban jiwa merangkak naik hingga di atas 33.000 orang dan diperkirakan akan terus bertambah.
Pejabat dan petugas medis mengatakan 29.605 orang tewas di Turki. Sementara di Suriah, jumlah korban tewas mencapai 3.574 orang, sehingga total yang dikonfirmasi menjadi 33.179.
Gempa Turki yang mengguncang pada Senin pekan lalu itu terjadi saat Presiden Recep Tayyip Erdogan menghadapi pemilihan presiden dan parlemen yang dijadwalkan pada bulan Juni. Sebelum bencana, popularitas Erdogan telah jatuh karena inflasi yang melonjak dan mata uang Turki yang merosot.
Beberapa politisi yang terkena dampak gempa dan oposisi telah menuduh pemerintah lamban dan upaya bantuan yang tidak memadai. Erdogan juga menuai kritik mengapa tentara, yang memainkan peran kunci setelah gempa bumi pada 1999, tidak didatangkan lebih cepat.
Erdogan telah mengakui adanya masalah, seperti tantangan pengiriman bantuan meskipun jaringan transportasi rusak, tetapi dia mengatakan situasinya telah terkendali. Erdogan telah menyerukan solidaritas dan mengutuk politik yang sengaja memecah belah.
Di lapangan, tim penyelamat masih menemukan banyak korban selamat dari puing-puing pada Minggu. Namun peluang untuk menemukan lebih banyak korban selamat semakin tipis.
Di Antakya, Turki selatan, distrik pusat salah satu kota yang terkena dampak gempa terparah, pedagang mulai mengosongkan toko mereka pada Minggu untuk mencegah barang dagangan dicuri oleh penjarah. Penduduk dan pekerja bantuan yang datang dari kota-kota lain menyebutkan kondisi keamanan yang memburuk. Perampokan dan penjarahan mulai marak.
Di Suriah, bencana melanda parah terjadi di barat laut yang dikuasai pemberontak. Daerah ini menerima sedikit bantuan dibandingkan dengan daerah yang dikuasai pemerintah. "Sejauh ini kami telah mengecewakan orang-orang di Suriah barat laut," menurut Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths melalui akun Twitternya. Ia berada di perbatasan Turki-Suriah, di mana hanya satu penyeberangan yang dibuka untuk pasokan bantuan PBB.
"Mereka benar-benar merasa ditinggalkan," kata Griffiths. Ia menambahkan sedang berfokus untuk menangani kekurangan bantuan kepada korban gempa Suriah.
Lebih dari enam hari setelah gempa pertama melanda, petugas darurat masih menemukan segelintir orang yang bertahan hidup di reruntuhan rumah. Tim penyelamat China dan petugas pemadam kebakaran Turki menyelamatkan Malik Milandi dari Suriah yang berusia 54 tahun. Dia selamat setelah bertahan selama 156 jam di reruntuhan di Antakya.
Seorang ayah dan anak perempuan, seorang balita dan seorang gadis berusia 10 tahun termasuk di antara orang-orang yang selamat. Mereka ditarik dari reruntuhan bangunan pada hari Minggu. Namun jumlah korban selamat kian sedikit di tengah naiknya jumlah korban yang tewas. (Red.Df)
0 Komentar