Jakarta, tjahayatimoer.net - Korban jiwa gempa dahsyat di Turki dan Suriah mendekati 5.000 pada hari Selasa, 7 Februari 2023. Sementara tim penolong mulai kewalahan menyelamatkan korban di bawah reruntuhan.
Di kota Antakya dekat perbatasan Suriah, sebuah bangunan 10 lantai runtuh ke jalanan menjadi beberapa gundukan di atas tanah. Reuters melaporkan tim penyelamat sedang berjuang mengangkat korban dari balik reruntuhan.
Suhu mendekati titik beku saat hujan turun dan tidak ada listrik atau bahan bakar di kota.
Gempa berkekuatan 7,8 melanda Turki dan negara tetangga Suriah pada Senin subuh, merobohkan ribuan bangunan termasuk banyak blok apartemen, rumah sakit, yang menyebabkan ribuan orang terluka atau kehilangan tempat tinggal.
Di Turki, jumlah korban tewas naik menjadi 3.381 orang, kata Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD).
Korban tewas di Suriah, yang telah dihancurkan oleh perang selama lebih dari 11 tahun, mencapai lebih dari 1.500, menurut pemerintah Suriah dan layanan penyelamatan di barat laut yang dikuasai pemberontak.
Cuaca musim dingin yang membekukan menghambat upaya pencarian sepanjang malam. Suara seorang wanita terdengar meminta bantuan di bawah tumpukan puing di provinsi Hatay, Turki selatan. Di dekatnya, tubuh seorang anak kecil terbaring tak bernyawa.
Menangis di tengah hujan, seorang warga yang menyebut namanya Deniz meremas-remas tangan putus asa.
"Mereka berteriak minta tolong tapi tidak ada yang bisa menolong," katanya. "Kami hancur, kami hancur. Ya Tuhan... Mereka berseru. Mereka berkata, 'Selamatkan kami' tapi kami tidak bisa menyelamatkan mereka. Bagaimana kami akan menyelamatkan mereka? Sudah dari pagi."
Ayla, berdiri di dekat tumpukan puing tempat bangunan delapan lantai tadinya berdiri, mengatakan dia pergi ke Hatay dari Gaziantep pada hari Senin untuk mencari ibunya. Lima atau enam penyelamat dari pemadam kebakaran Istanbul sedang bekerja di reruntuhan.
"Belum ada yang selamat. Seekor anjing jalanan datang dan menggonggong di titik tertentu dalam waktu lama, saya khawatir itu untuk ibu saya. Tapi itu orang lain," katanya.
"Saya menyalakan lampu mobil untuk membantu tim penyelamat. Sejauh ini mereka hanya mengeluarkan dua mayat, tidak ada yang selamat."
Di Kahramanmaras, utara Antakya, keluarga berkumpul di sekitar api unggun dan membungkus diri dengan selimut agar tetap hangat.
"Kami hampir tidak bisa keluar rumah," kata Neset Guler, bersama keempat anaknya. "Situasi kami adalah bencana. Kami lapar, kami haus. Menyedihkan."
Ankara mendeklarasikan "peringatan tingkat 4" yang menyerukan bantuan internasional, tetapi bukan keadaan darurat yang akan menyebabkan mobilisasi massal militer. (Red.Sl)
0 Komentar