Keluarga Korban Pembunuhan di Malang Meminta Polisi Untuk Usut Tuntas.


 

NGAWI, Tjahayatimoer.net – Air mata Jumini, 47, warga Desa Semen, Paron, Ngawi, membanjiri pipi ketika mengunjungi makam putrinya di tempat pemakaman umum (TPU) setempat, kemarin (11/1). Diah Agustin Lestariningsih, anak keduanya, itu meninggal dengan dugaan dibunuh di rumah kos Kelurahan Sumbersari, Lowokwaru, Kota Malang, 22 Desember 2022.

Kasus kematian gadis 18 tahun itu ditangani Satreskrim Polresta Malang Kota. Penyelidikan yang tiga pekan berlalu masih berkabut membuat duka anggota keluarganya tidak kunjung sirna. ‘’Setiap hari menangis,’’ kata Jumini.

Tiada yang menyangka Diah berpulang dengan cara tidak wajar. Hasil otopsi RSUD dr Saiful Anwar menunjukkan bahwa korban kehabisan darah akibat luka tusuk pada dada sebelah kiri. Kedalamannya 2,5 sentimeter.

Pasalnya, peraih beasiswa program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) itu dikenal pendiam dan jarang bergaul. Diah merupakan mahasiswi jurusan ilmu biologi salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Malang. ‘’Kesehariannya di rumah belajar, baca buku, sesekali main handphone, dan jarang keluar,’’ ungkap Jumini.

Jumini sempat emosional ketika menceritakan momen kali terakhir berinteraksi dengan Diah, Agustus tahun lalu. Kala itu rombongan keluarga mengantarkan perempuan berhijab itu ke tempatnya menuntut ilmu. Sukadi, ayah sambungnya, sampai-sampai menjual satu ekor kambing untuk biaya menyewa mobil. Sebab ingin menyenangkan hati anaknya.

Setelah momen itu, Jumini berkomunikasi dengan Diah melalui handphone. Anaknya mengirim kabar ingin pulang naik kereta api untuk pertama kalinya. Rencananya berangkat Kamis (22/12) siang, sebelumnya tertulis Kamis pagi. Hari yang kini diketahui sebagai waktu kematiannya.

‘’Saya sempat tanya di WA (kirim pesan di WhatsApp, Red) rasanya naik kereta api, tapi WA-nya tidak aktif,’’ ujarnya.

Ongky, kakak Diah, mengungkapkan bahwa adiknya meminta dijemput di Stasiun Paron pukul 15.00. Adiknya memberitahu melalui pesan WA sekitar pukul 18.30 sehari sebelumnya. Aktivitas berbalas pesan berlangsung hingga 21.13.

Nomor WA-nya terakhir kali dilihat pukul 22.45. Kesokan harinya nomor handphone-nya tidak aktif. Gadget itu juga diketahui hilang dan belum ditemukan. ‘’Saya jemput di Stasiun Paron tidak muncul hingga akhirnya mendapatkan kabar dari kampus,’’ ucapnya.

Sufatmawati, bibi korban, menyampaikan bahwa polisi hingga kemarin belum berhasil menangkap pelaku. Namun, ada perkembangan bagus ciri-cirinya telah teridentifikasi. ‘’Kami ingin pelaku segera ditangkap agar keluarga bisa tenang, tahu alasannya (membunuh), dan minta dihukum seberat-beratnya,’’ pungkasnya. 

(hum.ry)

Posting Komentar

0 Komentar