Istri Susul Suami ke Penjara Karena Pil Haram.



PROBOLINGGO, Tjahayatimoer.net - sebagai suami, Andreas (bukan nama sebenarnya) sebenarnya harus jadi panutan Natasha (juga nama samaran). Alih-alih menjadi suami yang baik. Andreas bahkan ikut menjebloskan Natasha istrinya ikut ke jeruji penjara.

Andreas memang punya kelakuan tak baik. Dia menjadi pengedar pil koplo. Dia akhirnya dibekuk, dan dipenjara selama satu tahun delapan bulan. Tetapi, jeruji besi itu rupanya tak membuat kapok.

Saat Andreas dipenjara, Natasha masih mencintainya. Antara cinta dan takut. Mungkin dua hal ini berkecamuk dalam diri Natasha.

Hingga Kamis Wage 2022 lalu, pikiran warasnya kalah dengan kedua perasaan tadi. Natasha nekat mencoba menyelundupkan barang terlarang ke sebuah rumah tahanan di Probolinggo.

Hal itu dilakukan Natasha saat pagi hari. Saat itu pukul 08.45, waktu kunjungan rutan dibuka. Natasha hendak mengunjungi Andreas. Tak hanya sendiri, dia juga membawa putrinya berumur tiga tahun.

Setelah menaruh motornya di parkiran rutan, Natasha kemudian mendatangi sentra pelayanan untuk mendaftar. Usai menyerahkan sejumlah berkas kunjungan, bersama putrinya Natasha lalu masuk ke ruang pemeriksaan perempuan. Saat itulah petugas mencurigai, ada yang tidak beres dengan Natasha.

“Naluri (bisa ketahuan, red). Awalnya diperiksa di tempat pertama tidak ditemukan. Mulanya diperiksa di ruangan khusus perempuan,” kata salah seorang petugas rutan perempuan yang memeriksa Natasha.

Satu per satu barang Natasha dicek. Bahkan sampai tubuh Natasha tak luput dari pemeriksaan. Diraba-raba oleh petugas.

Namun petugas tak mendapatkan sesuatu. Alhasil, Natasha berhasil masuk, menuju pintu terakhir pos penjagaan rutan.

“Di sini (pos terakhir, red) kami periksa sebanyak empat kali. Jadi saat lolos di pemeriksaan pertama, untuk lolos di pemeriksaan selanjutnya akan sulit,” ujar petugas rutan lainnya.

Sejatinya di pos pemeriksaan pertama, petugas telah menaruh curiga. Namun, mereka tak dapat berbuat apa-apa. Sebabnya, tak ditemukan barang mencurigakan di tubuh Natasha.

Namun saat menuju ke pos pemeriksaan kedua, gelagat Natasha mencurigakan. Terlihat gelisah dan tidak tenang. Kecurigaan petugas kian bertambah tatkala Natasha keluar rute jalan menuju pos kedua. Yakni menuju kamar mandi atau toilet.

Saat menuju kamar mandi inilah, kecurigaan petugas semakin bertambah. Kemudian Natasha dibuntuti. Saat keluar kamar mandi itulah Natasha digiring petugas untuk masuk ke pos pemeriksaan kedua.

Di pos pemeriksaan kedua itu, Natasha kembali diperiksa oleh petugas perempuan. Berbeda dengan pemeriksaan pertama, pemeriksaan kali ini lebih detail. Mulai dari membuka pakaian dan sebagainya.

Nah saat memeriksa bagian belakang, di balik celana yang dikenakan Natasha, petugas mendapati dua plastik berisi pil warna putih. Natasha ketahuan membawa pil yang semestinya untuk obat batuk, namun sering disalahgunakan.

“Di dalam celana belakang ditemukan pilnya. Kemudian diamankan di ruangan. Kemungkinan pada pemeriksaan pertama, ditaruh (pil, red) di dalam area sensitif. Jadi tidak terdeteksi. Nah saat ke kamar mandi dipindah ke belakang tubuhnya,” masih kata petugas rutan perempuan yang memeriksa inem.

Otomatis rencana Natasha gagal total. Dari dalam celananya, 150 butir pil berhasil diamankan petugas.

Dari sana, para petugas kemudian menghubungi pihak kepolisian. Tidak hanya itu, orang tua Natasha dipanggil. Kemudian prosesnya berlanjut ke ranah hukum.

Sekitar pulul 11.00, Mahpud dan Wati (bukan nama sebenarnya) orang tua Natasha, datang ke rutan. Tentu saja keduanya kecewa dengan Natasha. Dalam sekejap, Mahpud berubah bak penyidik. Dia mencecar sejumlah pertanyaan ke Natasha, tapi bercampur dengan perasaan emosi.

“Kok mau kamu suruh bahwa (pil, red)? Mau jadi apa kami ini. Malu-maluin nama keluarga saja,” kata Mahpud kepada Natasha. Dari mulut Mahpud, keluar juga sumpah serapah.

Tak sampai di situ, amarahnya memuncak saat melihat Natasha seperti tak berdosa dan tak memiliki rasa bersalah. Teh botol berisi 350 mililiter bahkan hendak dilemparkan Mahpud ke Inem. Beruntung petugas rutan sigap dan mencairkan suasana.

“Sudah dihukum juga ini Pak. Sekalian kumpul sama suaminya. Kalau bisa hukum gantung. Gak sudi saya punya anak seperti ini. Sudah sering menyusahkan saya dan ibunya,” mata Mahfud emosi.

Berbeda dengan Natasha. Dia nampak santai sembari duduk menyilangkan kakinya. Tak terlihat gemetaran. Terlihat seolah-olah tak terjadi apa-apa.

“Dapat sendiri (pernikahan Natasha dengan Andreas). Tidak dijodohkan. Dulu saya sudah gak setuju nikah dengan dia (Natasha),” kata Mahpud.

Firasat tak nyaman memang telah dirasakan Mahpud sejak sebelum pernikahan anaknya. Sebab Mahpud sempat mendapat kabar bahwa Andreas bukanlah orang baik-baik.

“Dulu sudah diperingati teman. Dibilang hati-hati. Karena kelakuan suaminya ini memang bangsat,” ujarnya.

Mahpud kini merasa menyesal dengan apa yang telah terjadi. Kurangnya didikan terhadap anaknya, juga kurangnya pengawasan atas perilaku menantunya disadarinya menjadi kekerangan sampai semuanya terjadi.

Natasha lalu dibawa oleh tiga polisi ke markas polisi. Sebelum berlalu untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut oleh pihak kepolisian, Natasha sempat mengatakan sejumlah alasan kenapa dirinya berani membawa barang terlarang ke rutan.

“Suami yang minta saat kunjungan sebelumnya. Saya bawa, dapat dari temannya. Mau dipakai sendiri atau bagaimana, saya gak tau. Karena suami yang meminta saya bawakan,” ujarnya. 

(hum.ry)

Posting Komentar

0 Komentar