5 Kelenteng Tertua di Jawa Timur, Paling Tua Usianya 2,5 Abad

 


 
Surabaya   tjahayatimoer.net - Kelenteng merupakan tempat sembahyang dan upacara keagamaan bagi penganut Konghucu. Berikut ini sederet kelenteng tertua di Jawa Timur.

Mengenai kelenteng tertua di Jawa Timur,dari jurnal yang dibuat Destiyana Dwi S, Beta Suryokusumo dan Totok Sugiarto dari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.

Dalam jurnal berjudul Arah Perkembangan Kelenteng di Jawa Timur Ditinjau dari Bentuk Atap, disebutkan sederet kelenteng yang berusia puluhan hingga ratusan tahun.

Ada banyak kelenteng di Jatim yang masuk kriteria dalam UU Cagar Budaya No 11 Tahun 2010 tentang Preservasi Bangunan. Seperti kelenteng yang usianya lebih dari 50 tahun, memiliki arti khusus bagi sejarah dan keaslian bangunan masih dipertahankan.

Berikut Kelenteng Tertua di Jawa Timur:
1. Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban
Tuban merupakan kota pelabuhan kuno di pesisir utara Jawa. Daerah ini memiliki sejarah kota perdagangan Asia melalui jalur pelayaran.

Awal abad ke-10, Etnis Tionghoa yang tinggal di Tuban berasal dari Provinsi Guangdong dan Fujian, China Selatan.

Kelenteng Kwan Sing Bio merupakan kelenteng tertua dan untuk pertama kalinya arsitektur Tionghoa masuk Jawa Timur. Kelenteng Kwan Sing Bio dibangun pada 1773. Nama Kwan Sing Bio bermakna sebagai tempat pemujaan dan penghormatan kepada Dewa Kwan Kong.

Kelenteng Kwan Sing Bio berada di Jalan Martadinata No 1, Kelurahan Karangsari, Kecamatan Kota Tuban. Atau berada di Jalur Pantura.

2. Kelenteng Hok An Kiong Surabaya
Kelenteng Hok An Kiong juga terkenal dengan sebutan Klenteng Suka Loka. Kelenteng tri dharma ini didirikan pada 1820.

Mengutip situs resmi Tourism Surabaya, dalam membangun kelenteng tersebut tukang-tukang didatangkan langsung dari Tiongkok. Lengkap dengan perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan.

Bangunan kelenteng yang ada di Jalan Cokelat No 2 ini didominasi warna merah dan kuning. Yang unik, konstruksi bangunannya tanpa menggunakan paku-paku logam.

Untuk mengaitkan antarbagian hanya menggunakan potongan bambu yang diruncingkan. Hingga saat ini, klenteng yang berada di area Kampung Pecinan masih berfungsi seperti sedia kala.

Ada yang spesial dari tempat ini yaitu adanya arca suci (kimsin) Dewi Laut dan Makco Thian Siang Sing Boo. Yang tidak dapat dijumpai di klenteng lain di Surabaya.

3. Kelenteng Eng An Kiong Malang
Kelenteng Eng An Kiong didirikan pada 1825 oleh Liutenant Kwee Sam Hway. Kelenteng ini merupakan salah satu bangunan tertua di Kota Malang.

Bahkan, kelenteng ini juga telah ditetapkan sebagai salah satu bangunan cagar budaya. Seperti yang diterangkan dalam situs resmi Pemkot Malang.

Kelenteng Eng An Kiong dibangun dalam dua periode. Bangunan pertama yakni ruangan tengah yang dibangun pada 1825. Sementara bangunan lainnya dibangun pada 1895 hingga 1934.

Kelenteng tersebut diberi nama Eng An Kiong bukan tanpa alasan. Namun ada makna di balik nama tersebut.

Makna dari Eng An Kiong yakni istana keselamatan dalam keabadian Tuhan dan merupakan persembahan kepada Dewa Bumi.

Sama dengan Kelenteng Sanggar Agung di Surabaya, Eng An Kiong juga merupakan kelenteng tri dharma. Atau sebagai tempat ibadah tiga ajaran yakni Taoisme, Buddhisme dan Konfusianisme.

4. Kelenteng Pak Kik Bio Surabaya
Kelenteng Pak Kik Bio Surabaya berada di Jalan Jagalan No 74-76, Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantikan. Tempat ibadah ini berdiri pada 1952.

Berbeda dengan kelenteng kebanyakan yang merupakan kelenteng tri dharma, Pak Kik Bio khusus untuk Konghucu. Pemerintah Surabaya memasukkan Pak Kik Bio sebagai bangunan cagar budaya pada 2013, berdasarkan SK Wali kota Surabaya Nomor 188.45/364/436.1.2/2013.

5. Kelenteng Tjoe Hwie Kiong Kediri
Kelenteng Tjoe Hwie Kiong Kediri berada di Jalan Yos Sudarso No 148, Pakelan, Kecamatan Kota. Kelenteng ini adalah salah satu bangunan yang dilindungi di Kota Kediri.

Selain memiliki usia yang cukup tua, tempat ibadah Konghucu ini juga menyimpan nilai historis. Maka dari itu, kelenteng tersebut masuk dalam cagar budaya Jawa Timur.

Kelenteng ini berdiri sekitar 1817. Namun tidak diketahui siapa nama pendirinya. Seperti yang diterangkan dalam situs resmi Pemkot Kediri.

Altar Dewi Thian Sang Sing Bo berada di tengah bangunan utama. Patung sengaja menghadap ke arah Sungai Brantas. Sedangkan dewa-dewa lainnya berada di sisi lain dari kelenteng.(red.Df)

Posting Komentar

0 Komentar