BOJONEGORO,Tjahayatimoer.net (21/12/2022) – Tiga nyawa melayang akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) hingga Desember ini. Terdata bulan ini ada 25 kasus dan satu angka kematian. Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro mengimbau agar masyarakat senantiasa jaga lingkungan rumah maupun sekolah.
Mengingat sejak Oktober lalu sudah memasuki musim hujan. Selain itu, DBD rentan menyerang anak-anak. Adapun tiga pasien itu terdiri atas anak usia sembilan tahun dan delapan tahun yang mana meninggal pada Januari lalu.
“Lalu, bulan ini juga ada yang meninggal dunia, usia sekitar 28 tahun. Selain terserang DBD, bersangkutan juga obesitas,” tutur Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Bojonegoro dr. Whenny Dyah Prajanti.
Whenny menjelaskan, kondisi cuaca akhir-akhir memang tak menentu. Bahkan, dari tahun lalu lebih sering musim hujan, sehingga tren kasus DBD alami kenaikan. Sebab curah hujan lebih tinggi dan suhu lebih dingin bisa mempercepat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypty.
Kemudian, pada 2021 totalnya 392 kasus DBD dan dilaporkan lima pasien meninggal dunia, satu pasien pada Mei 2021 dan empat pasien pada Desember 2021. “Sedangkan data mulai Januari hingga November 2022 sebanyak 331 kasus dan dilaporkan tiga pasien meninggal dunia,” jelasnya.
Karena itu, program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) harus semakin digiatkan di desa-desa. Pesan bagi masyarakat ketika ada anggota keluarga demam, jangan panik. Tetapi segala keluhan dan gejalanya harus benar-benar diperhatikan. Asupan makanan gizi seimbang dan minum air putih tidak boleh terlewatkan.
Juga setiap rumah diharapkan punya termometer agar bisa memantau suhu badan setiap jamnya. “Kalau demam tinggi di atas 39 derajat Celsius selama tiga hari, segera dibawa ke faskes. Karena di atas tiga hari itu fase kritis, biasanya suhu tubuh turun, tapi esok harinya naik lagi. DBD tidak ada obatnya, DBD bisa sembuh sendiri kalau asupan makan dan minum cukup,” jelasnya.
Whenny menekankan kebersihan lingkungan rumah perlu diperhatikan. Seringkali masyarakat lupa membersihkan genangan-genangan air di sekitar area rumah. Penanganan paling terakhir yakni pengasapan atau fogging ketika kondisi jumlah kasus DBD suatu wilayah sudah tinggi. “Kami dorong gerakan serentak (gertak) satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik),” jelasnya. (hum.ry)
0 Komentar