Menkes Gandeng 8 Perusahaan Deteksi Dini TB Paru



Surabaya, tjahayatimoer.net - Menkes Budi Gunadi Sadikin menggandeng 8 perusahaan deteksi dini penyakit Tuberkulosis paru atau TBC paru. Tujuannya, mendukung pemerintah menemukan dan mengeliminasi TBC tahun 2030.

Beberapa perusahaan besar yang digandeng antara lain dari Otsuka Group, PT Uni-Charm Indonesia Tbk, PT Panasonic Gobel Life Solution dan lainnya. Program ini meliputi skrining, tracing, edukasi dan pengobatan hingga sembuh dengan cara yang komprehensif.

Kemenkes pun menggelar High Meeting Level Tuberkulosis 2022 di Hotel Shangri-La, Kota Surabaya. Sebanyak 8 perusahaan pun digandeng untuk mencegah penularan antar karyawan.

"TBC by name by addres mimpi, 30 tahun sulit. Padahal penyakit menular harus ada by name by addres agar tak ada penularan," ujar menkes saat di Hotel Shangri-La, Rabu (9/11/2022).

Pada tahun 2023, Kemenkes menargetkan bisa mendeteksi 700 ribu orang penderita TBC. Target diturunkan di tahun 2030 jumlah insidensinya 65 per seratus ribu. Kemudian di tahun 2023 sudah teridentifikasi 700 ribu dan perbulan harus teridentifikasi 60 ribu per bulan.

Lalu pada tahun 2030 ditargetkan kasus TBC menurun. Sehingga insidensi bisa menjadi 65 kasus perseratus ribu penduduk.

"Pasien TBC dan keluarga akan dipandu untuk mengikuti standar pengobatan yang dilakukan oleh Kemenkes serta pemberian makanan tambahan (PMT). Selain itu pasien dapat berkonsultasi secara telemedicine dengan dokter dan nutritionist yang telah disediakan," jelasnya.

Sementara Human Capital Development and Corporate Affair Direktur mewakili Otsuka Group, Sudarmadi Widodo mengatakan tidak terdeteksinya pasien TBC di lingkungan kerja. Sebab masih adanya stigma negatif yang beredar di masyarakat. Sehingga membuat pasien TBC tidak jujur dan tidak tuntasnya pengobatannya. Maka perlu dukungan dari keluarga.

"Lamanya proses penyembuhan TBC yang memakan waktu 6 bulan sehingga para penderita TBC enggan untuk berkomitmen dan menuntaskan pengobatannya. Aplikasi sembuh TBC merupakan aplikasi yang mudah digunakan bagi penderita untuk membantu agar pasien bisa sembuh secara tuntas. Mari kita bersama mewujudkan Indonesia bebas dari TBC melalui program "Free TB at Workplaces," katanya.

Menurutnya, akan menjadi risiko saat karyawan terkena TBC, maka produktivitasnya akan menurun. Karena ketika terkena TB harus isolasi. Jika tidak diobati sampai sembuh bisa menularkan ke tempat lain.

"Kita komitmen, begitu kita temukan, kita screening juga keluarganya apakah sudah terpapar atau belum. Jadi tidak hanya karyawan, tapi juga keluarga. Setelah itu kita edukasi dan diobati sampai sembuh, agar tidak menular lagi. Kendalanya sekarang, sudah ditemukan, ngobatinya ga tuntas dan akan muncul lagi," pungkasnya.

Posting Komentar

0 Komentar