Ponorogo, tjahayatimoer.net - Masa pengungsian warga dua dusun di Desa Talun Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo belum usai benar. Para muhajir (pengungsi) itu harus ulang alik antara berdiam di rumah dan tinggal di lokasi pengungsian. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo menerapkan sistem buka tutup untuk kamp pengungsi yang menempati gedung SDN 1 Talun itu.
Menurut Kepala BPBD Ponorogo Henry Indra Wardana, guguran material tanah dari perbukitan di Dusun Putuk dan Dusun Krajan masih terus berlangsung. Bahkan, sisi selatan mustika longsoran awal sudah ambrol. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sejak lima tahun lalu sudah menetapkan lokasi itu sebagai zona merah.
"Sempat terdengar gemuruh bersamaan hujan turun tapi tidak muncul longsor susulan,’’ kata Henry, Jumat (4/11/2022).
Karena itu, sekitar 261 jiwa penduduk terdiri 180 penduduk dewasa, 13 balita, 64 lansia, dan empat penyandang disabilitas wajib mengungsi jika hujan turun dengan curah tinggi. Pengeras suara di masjid dan musala menggantikan alarm tanda bahaya agar warga bergegas mengungsi.
‘’Kami harus siaga dan memastikan semua pengungsi ada di posko ketika bencana longsor mengancam,’’ terang Kepala Desa Talun Waroto.
Anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Ponorogo Hadi Susanto memastikan persediaan logistik berupa beras, mi, dan bahan pokok lainnya mencukupi kebutuhan dua minggu ke depan. Namun, stok lauk pauk untuk memenuhi kebutuhan protein pengungsi sudah menipis. ‘’Pengungsi membutuhkan persediaan daging ayam, daging sapi, atau ikan,'' ungkapnya. (hum.red)
0 Komentar