Dokter Spesialis Anak RSSA Malang dr Astrid Kristina Kardani mengatakan 90 persen pasien yang dirawat menjalani terapi cuci darah atau hemodialisis. Dari jumlah tersebut sebagian pasien berhasil sembuh dan sebagian meninggal dunia.
"(dirawat di RSSA Malang) survive sekitar 56 persen, kemudian meninggal 30 persen, sisanya masih dirawat. Kalau angka (jumlah pasien) kita sepakat akan disampaikan Kemenkes," ujarnya saat konferensi pers di RSSA Malang pada kamis (20/10/2022).
Perlu diketahui, pasien GGAPA yang dirawat di RSSA Malang berasal dari Malang Raya, Blitar, Pasuruan, dan Sidoarjo. Khusus dari wilayah Blitar menyumbang pasien terbanyak di RSSA Malang hingga 40 persen.
Dokter RSSA, dr Krisni S.Sp.A mengatakan, pasien GGAPA yang menjalani perawatan rata-rata mengalami gejala demam, diare, batuk, pilek, penurunan kesadaran, nyeri perut, muntah, ISPA.
"Jadi gagal ginjal akut itu penurunan secara cepat karena disebut GGAPA penurunan secara fungsi ginjal ditandai dengan penurunan produksi urine. Jadi urine-nya menurun bahkan tidak ada sama sekali. Jadi gagal ginjal akut ini semuanya dengan penurunan fungsi ginjal tersebut," terang dia.
Pihak RSSA Malang sampai saat ini belum mengetahui secara pasti penyebab GGAPA. Dikatakan Krisni, sampai saat ini juga belum bisa memastikan jika GGAPA ini karena mengkonsumsi obat sirup anak.
"Epidemiologi penyebabnya masih diselidiki. Kami belum tahu pasti GGAPA. Saat ini masih diinvestigasi bisa karena infeksi virus bakteri mungkin ada penyebab yang lain yang masih diinvestigasi," kata Krisni.
Karena belum mengetahui secara pasti penyebab GGAPA, RSSA Malang memutuskan untuk mengobati pasien anak menggunakan obat berbentuk racikan puyer, atau suppositoria yang harus melewati dubur.
"(dirawat di RSSA Malang) survive sekitar 56 persen, kemudian meninggal 30 persen, sisanya masih dirawat. Kalau angka (jumlah pasien) kita sepakat akan disampaikan Kemenkes," ujarnya saat konferensi pers di RSSA Malang pada kamis (20/10/2022).
Perlu diketahui, pasien GGAPA yang dirawat di RSSA Malang berasal dari Malang Raya, Blitar, Pasuruan, dan Sidoarjo. Khusus dari wilayah Blitar menyumbang pasien terbanyak di RSSA Malang hingga 40 persen.
Dokter RSSA, dr Krisni S.Sp.A mengatakan, pasien GGAPA yang menjalani perawatan rata-rata mengalami gejala demam, diare, batuk, pilek, penurunan kesadaran, nyeri perut, muntah, ISPA.
"Jadi gagal ginjal akut itu penurunan secara cepat karena disebut GGAPA penurunan secara fungsi ginjal ditandai dengan penurunan produksi urine. Jadi urine-nya menurun bahkan tidak ada sama sekali. Jadi gagal ginjal akut ini semuanya dengan penurunan fungsi ginjal tersebut," terang dia.
Pihak RSSA Malang sampai saat ini belum mengetahui secara pasti penyebab GGAPA. Dikatakan Krisni, sampai saat ini juga belum bisa memastikan jika GGAPA ini karena mengkonsumsi obat sirup anak.
"Epidemiologi penyebabnya masih diselidiki. Kami belum tahu pasti GGAPA. Saat ini masih diinvestigasi bisa karena infeksi virus bakteri mungkin ada penyebab yang lain yang masih diinvestigasi," kata Krisni.
Karena belum mengetahui secara pasti penyebab GGAPA, RSSA Malang memutuskan untuk mengobati pasien anak menggunakan obat berbentuk racikan puyer, atau suppositoria yang harus melewati dubur.
0 Komentar