Kisahnya Yang Sangat Pilu


Mojokerto, tjahayatimoer.net - RAS (21), gadis asal Rembang mencoba bunuh diri dengan melompat dari lantai 2 Masjid Makbadul Mutaqqin di Mojosari, Mojokerto. Ternyata kisah hidup RAS penuh liku dan cukup menyedihkan.


Kapolsek Mojosari Kompol Heru Purwandi RAS mengaku kerap dirundung ketika duduk di bangku SMP. Sejak ibunya meninggal dunia, ia hidup dengan ayahnya di Rembang. Namun, sang ayah kerap marah setiap tahu korban keluar dengan teman-temannya.


Kondisi itu membuat RAS nekat kabur dari rumahnya. Namun, ia terjaring razia petugas sehingga dibawa ke Dinas Sosial Rembang. Petugas pun menyerahkan gadis berusia 21 tahun ini ke ayahnya.


"Begitu diambil ayahnya, dia malah dimarahi, dipukuli, dimasukkan ke air sampai hidungnya mimisan. Itu cerita korban," jelas Heru, Senin (31/10/2022).


Sekitar satu pekan lalu, lanjut Heru, RAS kembali nekat kabur dari rumahnya. Ia menumpang truk sampai Tuban. Dari Tuban ia diberi ongkos oleh warga untuk naik bus ke Terminal Bungurasih, Sidoarjo.


Selanjutnya ia berjalan kaki sampai Pasar Larangan, Sidoarjo. Di tempat inilah ia bertemu dengan sekelompok pengamen yang salah satunya mengaku bernama Iwan.


"Korban mengaku disetubuhi oleh pengamen bernama Wawan," ujarnya.


Oleh Wawan dan kawan-kawan, kata Heru, RAS diajak mengamen ke Mojokerto. Mereka sampai di Bumi Majapahit pada Minggu (30/10/2022) sore. Namun, para pengamen itu tega meninggalkannya seorang diri hanya gara-gara ia mengeluh lapar dan meminta makan.


"Kemarin sore dia jalan kaki sampai di Masjid Sarirejo. Dia malu mau minta makan, padahal kondisinya kelaparan," terangnya.


Pada kondisi itulah RAS mencoba bunuh diri. Ia naik ke lantai 2 masjid dan hendak meloncat. Namun usahanya dapat digagalkan.


Heru menambahkan, RAS telah diperiksakan ke bidan Desa Wonokusumo, Mojosari. Hasilnya, korban mengeluh sakit pada alat vitalnya setelah disetubuhi pengamen di Sidoarjo. Sehingga sekitar pukul 19.00 WIB korban diserahkan ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Mojokerto.


"Korban masih trauma dengan keluarganya sehingga menolak diantar pulang. Sudah kami serahkan ke PPA. Biar PPA berkoordinasi dengan Dinsos. Kondisi korban diajak ngobrol masih nyambung," tandasnya. (red.dl)

Posting Komentar

0 Komentar