Surabaya, tjahayatimoer.net - Pendistribusian perikanan hingga Agustus tahun 2022 sudah sebanyak 1.036 Teus. Jumlah tersebut didistribusikan menggunakan kereta api.
Plt Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Istihartini menyebut data lalu lintas ikan pada tahun 2021 sebanyak 109 ribu ton masuk ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Terdiri atas 78 ribu ton untuk konsumsi dengan komoditas utama, yakni ikan layang, udang, tuna, dan ikan lainnya."Sedangkan 30 ribu ton untuk non konsumsi, dengan komoditas utama rumput laut dan kulit kerang mutiara. Adapun 7 pelabuhan muat hasil perikanan berasal dari Timika, Tarakan, Makasar Ambon, Bitung, Kendari, Dobo, dan wilayah Indonesia Timur lainnya," kata Ishartini kepada wartawan di Stasiun Kalimas, Surabaya, Rabu (12/10/2022).
Sementara distribusi hasil perikanan menggunakan kereta api tahun 2021 sebanyak 1.549 teus. Kemudian tahun 2022 per Agustus mencapai 1.036 teus. KKP berharap agar jumlah ini semakin meningkat seiring dengan berkembangnya sektor kelautan dan perikanan.
"Oleh karena itu, distribusi dan transportasi menggunakan kereta api diharapkan dapat lebih mendukung sektor kelautan dan perikanan, serta para pelaku usaha perikanan, mengingat hasil perikanan merupakan komoditas yang perishable good," ujarnya.
Oleh karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama PT Kereta Api Logistik bekerja sama. Hal ini untuk implementasi optimalisasi akses transportasi dan distribusi hasil kelautan dan perikanan. Selain itu untuk penguatan logistik ikan.
Sekretaris Jenderal KKP Antam Novambar mengatakan, salah satu program prioritas KKP yakni penerapan penangkapan ikan terukur berbasis kuota di 6 zona penangkapan dan pengembangan budidaya perikanan yang ramah lingkungan. Dari sisi hulu, KKP menargetkan peningkatan produksi perikanan bermutu, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani dan gizi dari ikan.
"Sifat hasil perikanan yang mudah rusak dan turun mutunya bila tidak ditangani dengan baik terutama penanganan pada saat pengangkutan, membutuhkan kinerja logistik dan sistem rantai dingin yang handal," kata Antam.
Program tersebut guna mencapai keseimbangan antara pengelolaan ekologi lestari dan nilai ekonomi yang berkelanjutan dan tercapai kesejahteraan masyarakat. Perikanan tangkap dan perikanan budidaya sebagai hulu produksi sektor juga perlu didukung dengan kemampuan daya saing hilirnya, sehingga dapat berkesinambungan dengan tuntutan penyediaan jasa transportasi yang efektif dan efisien.
"Dalam hal ini kinerja Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) perlu diterapkan dengan optimal dan didukung seluruh stakeholders, termasuk dukungan dari sektor swasta," ujarnya.
Sementara Direktur Utama KAI Logistik, TLN, Ahmad Malik Syah mengatakan, dengan kerja sama ini diharapkan mampu menjadi pionir sebagai transporter hasil distribusi perikanan menggunakan reefeer container ataupun LCL (Less Than Container Load). Tentunya didukung fasilitas lain, khususnya terminal logistik yang dilengkapi dengan supply electricity plugging dan memastikan ketahanan suhu dalam memastikan kualitas produk dalam kontainer reefer.
"Dengan hadirnya pilihan moda kereta api ini, kami juga menaruh harapan bahwa pegiat UMKM produk perikanan dan kelautan ataupun nelayan dapat mempertahankan mutu dan meningkatkan daya jual di samping mendorong ekonomi yang berkelanjutan yang berdampak pada sektor ekonomi dan sosial," pungkasnya.
0 Komentar