"Saya sampaikan kemarin untuk mengecek ulang terutama kondisi atap. Kalau atap sudah mulai 60% ganti saja, kalau masih 80% oke lah. Tapi kalau sudah 60% kan banyak anak kecil, bahaya juga buat kita. Apa lagi musim hujan.
Insyaallah masih belum ada laporan yang di bawah 60%. Rata-rata 70-80%. Kita berdoa sekuat apapun bangunan kalau kena angin puting beliung ya bubar, sudah di luar kemampuan manusia," kata Eri kepada wartawan di Gedung Sawunggaling, Rabu (12/10/2022).
Kepala Dispendik Surabaya Yusuf Masruh mengatakan satgas di setiap wilayah termasuk kepala sekolah diminta mengecek kondisi masing-masing sekolah. Tanda-tanda kerusakan dicek, seperti plafon yang tampak lapuk.
"Terutama kalau ada bocoran, itu harus hati-hati biasanya lapuk. Ini dicek semua untuk antisipasi, khususnya ruang kelas," ujar Yusuf.
Yusuf menyebut sementara ini tidak ada sekolah yang rusak. Akan tetapi ada puluhan sekolah yang perlu dilakukan renovasi. Mulai renovasi berat, sedang dan unit sekolah baru (USB).
Puluhan sekolah yang dilakukan renovasi ini tak hanya negeri, tetapi juga swasta. Karena menurutnya, sekolah swasta juga bagian dari Surabaya yang harus diperhatikan Dispendik.
"Ya puluhan lah (yang perlu direhab). Genteng saja, kalau hujan bebannya lebih berat. Ini satgas di wilayah-wilayah melakukan pendataan," katanya.
Menurut Yusuf, sekolah-sekolah yang berisiko rusak ini akibat sempat terhentinya pembelajaran tatap muka akibat pandemi COVID-19 sekitar dua tahunan. Saat itu memang kurang ada perhatian terhadap bangunan sekolah. Di tahun pembelajaran yang sudah maksimal ini mulai diperhatikan kembali.
"Kalau sudah ada plafon merembes itu hati-hati, kalau galvalum masih lumayan bisa diantisipasi, kalau kayu itu kan bahaya, sudah gaprek. Tahun ini beberapa sudah jalan dan tahun depan diprioritaskan. Indikatornya dua tahun nggak ngecek, ini kita data, ada yang USB baru, ada yang rusak berat, sedang," pungkasnya.
Kepala Dispendik Surabaya Yusuf Masruh mengatakan satgas di setiap wilayah termasuk kepala sekolah diminta mengecek kondisi masing-masing sekolah. Tanda-tanda kerusakan dicek, seperti plafon yang tampak lapuk.
"Terutama kalau ada bocoran, itu harus hati-hati biasanya lapuk. Ini dicek semua untuk antisipasi, khususnya ruang kelas," ujar Yusuf.
Yusuf menyebut sementara ini tidak ada sekolah yang rusak. Akan tetapi ada puluhan sekolah yang perlu dilakukan renovasi. Mulai renovasi berat, sedang dan unit sekolah baru (USB).
Puluhan sekolah yang dilakukan renovasi ini tak hanya negeri, tetapi juga swasta. Karena menurutnya, sekolah swasta juga bagian dari Surabaya yang harus diperhatikan Dispendik.
"Ya puluhan lah (yang perlu direhab). Genteng saja, kalau hujan bebannya lebih berat. Ini satgas di wilayah-wilayah melakukan pendataan," katanya.
Menurut Yusuf, sekolah-sekolah yang berisiko rusak ini akibat sempat terhentinya pembelajaran tatap muka akibat pandemi COVID-19 sekitar dua tahunan. Saat itu memang kurang ada perhatian terhadap bangunan sekolah. Di tahun pembelajaran yang sudah maksimal ini mulai diperhatikan kembali.
"Kalau sudah ada plafon merembes itu hati-hati, kalau galvalum masih lumayan bisa diantisipasi, kalau kayu itu kan bahaya, sudah gaprek. Tahun ini beberapa sudah jalan dan tahun depan diprioritaskan. Indikatornya dua tahun nggak ngecek, ini kita data, ada yang USB baru, ada yang rusak berat, sedang," pungkasnya.
0 Komentar