Ponorogo, tjahayatimoer.net – Meninggalnya Albar Mahdi (AM), santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) yang dianiaya oleh seniornya, tentu mencoreng dunia pendidikan pesantren.
Tak ingin kejadian serupa terulang lagi di pondok pesantren (ponpes) di bumi reog, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Ponorogo melakukan investigasi tentang kejadian tersebut. Kemenag Ponorogo langsung melakukan komunikasi dengan pihak Pondok Gontor.
“Mengetahui informasi terkait meninggalnya santri Pondok Gontor diduga dianiaya, Kemenag Ponorogo langsung melakukan investigasi,” kata Kepala Kemenag Ponorogo, M. Nurul Huda, Jumat (9/9/2022).
Oleh juru bicara Pondok Gontor, Kemenag Ponorogo, kata Nurul Huda mendapatkan informasi atau gambaran terkait penganiayaan santri AM. Dugaan penganiayaan itu dilakukan di tempat pramuka, hingga menyebabkan yang bersangkutan meninggal dunia. Penganiayaan itu dilakukan oleh dua santri yang lebih senior daripada korban.
“Informasi yang kita dapat, almarhum dianiaya oleh 2 santri kelas 6 atau seniornya,” katanya.
Setelah dianiaya, korban pun sempat dibawa ke rumah sakit yang ada di komplek Pondok Gontor. Karena sudah dalam keadaan meninggal, jenazah kemudian dipulasarakan hingga selesai. Kemudian jenazah disalatkan dan dinyatakan mati syahid.
“Jenazah AM kemudian diantarkan pulang ke Palembang lewat jalur darat,” katanya.
Selain informasi tentang dugaan penganiayaan yang dialami santri AM, Kemenag Ponorogo juga mendapatkan sejumlah fakta terkait Pondok Gontor. Salah satunya fakta bahwa pihak pondok sangat tegas melarang kekerasan ada di lingkungannya. Ketika terjadi kekerasan di wilayah pondok, pihak Gontor pun tidak segan untuk mengeluarkan yang bersangkutan dari pondok.
“Yang kami dapatkan juga, bahwa Pondok Gontor menolak segala bentuk kekerasan. Kalau ada yang melakukan kekerasan, langsung santri yang bersangkutan dikeluarkan dari pondok,” ungkapnya.
Nurul Huda menyebut bahwa peristiwa memilukan yang dialami santri Pondok Gontor hanya terjadi kali ini saja. Ke depan, Ia meminta kepada seluruh ponpes untuk dijadikan pelajaran. Apa yang terjadi ini tentu tidak baik. Dalam dunia pendidikan, harus disajikan dengan ramah, cinta, dan harmonis terhadap santri dan keluarganya.
“Pendidikan harus selalu ramah, cinta dan harmonis,” pungkasnya. (red.hr)
0 Komentar