Kisah Tragis Satpam Surabaya Dimutilasi Rekannya Sendiri

 


  Surabaya, tjahayatimoer.net - Sesosok mayat tanpa kepala ditemukan di kawasan pergudangan Jalan Romokalisari, 29 Maret 2010 . Di bagian punggung dan dada mayat juga terdapat bekas sabetan senjata tajam.


Mayat pertama kali ditemukan oleh Sutrisno. Awalnya ia curiga karena mencium bau tidak enak. Sutrisno lantas penasaran dan mencari asal bau tersebut.

Tak disangka, sesosok mayat dalam keadaan telungkup ditemukan di parit pergudangan. Sutrisno lantas melaporkan temuannya ini ke petugas setempat. Laporan diteruskan ke Polwiltabes Surabaya.

Tak lama, polisi datang. Tim forensik dibantu anjing pelacak menyisir lokasi. Hasilnya, polisi menemukan seutas tali tampar dan baju dinas yang diduga milik korban. Sedangkan kepala mayat masih belum ditemukan.

Saat ditemukan, di tubuh mayat hanya menempel kaus singlet putih dan celana pendek biru tua. Ciri fisik lain yakni kulit kuning langsat, tinggi sekitar 170 cm usia sekitar 25-35 tahun.

Kasat Reskrim Polwiltabes Surabaya AKBP Anom Wibowo kemudian mengimbau kepada masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga untuk melapor.

"Kami mengimbau pada masyarakat yang merasa kehilangan keluarga secepatnya lapor ke polisi terdekat. Dari laporan itu akan kami cocokkan," ujar Anom saat di lokasi.

Mayat kemudian dievakuasi ke RSU dr Soetomo. Dalam pemeriksaan medis, diketahui mayat sempat mengalami penganiayaan sebelum ditebas kepalanya dengan gobang.

Ini dibuktikan dengan luka-luka memar di bagian tubuh punggung dan dada. Tak hanya itu, tulang iga mayat juga patah.

Sehari setelah penemuan mayat tanpa kepala, polisi langsung memeriksa saksi-saksi. Salah satunya yakni Subandi, satpam di pergudangan.

Ada dugaan mayat tanpa kepala itu adalah Tri Agung Budiono. Dugaan itu muncul karena dia sudah tiga hari tak masuk kerja. Untuk itu, rekan-rekannya, termasuk Subandi dipanggil untuk dimintai keterangan.

Namun saat diperiksa, Subandi justru ditemukan gantung diri di kamar mandi Mapolwiltabes. Ia gantung diri dengan menggunakan ikat pinggang.

Polisi lantas mencurigai Subandi ketakutan karena turut terlibat dalam pembunuhan mayat tanpa kepala itu. Saat ditemukan gantung diri, sebenarnya ia masih hidup. Tapi dalam perjalanan ke rumah sakit, Subandi mengembuskan napas terakhirnya.

Hingga tiga hari kemudian, kepastian identitas mayat belum juga terkuak. Meskipun dugaan siapa sosok mayat itu sudah ada, tapi polisi tak mau gegabah menyimpulkannya.

Namun, tabir mayat tanpa kepala itu perlahan mulai tersingkap. Seorang perempuan bernama Yuli Karyawati dari Gresik melapor kehilangan suaminya sejak tanggal 25 Maret 2010.

Yuli dan keluarganya lantas dipanggil untuk datang ke RSU dr Soetomo. Di ruang forensik, ia kemudian disodori sekantong plastik pakaian yang ditemukan di sekitar TKP.

Yuli membenarkan itu adalah pakaian milik suaminya, Tri Agung Budiono. Meski demikian polisi masih belum yakin. Hingga akhirnya jalan terakhir ditempuh dengan tes DNA dan hasilnya memang identik.

Identitas mayat tanpa kepala itu adalah Tri Agung Budiono. Korban merupakan salah satu satpam di kawasan pergudangan di Romokalisari.

Pada waktu bersamaan, polisi juga akhirnya menemukan potongan kepala yang diduga Tri Agung. Namun, saat ditemukan sudah dalam keadaan membusuk dan tak bisa dikenali.

Potongan kepala ini ditemukan setelah polisi mengerahkan alat berat untuk mengobok-obok selokan. Khususnya di sekitar lokasi penemuan mayat korban di sekitar pergudangan.

Lokasi kepala tersebut sekitar 30 meter dari tempat penemuan mayat Tri Agung. Potongan kepala diketahui berada di lumpur yang ada di selokan sekitar pergudangan.

Potongan kepala ini muncul secara tidak sengaja. Yakni saat alat berat backhoe menguras isi selokan yang ditumbuhi oleh semak-semak liar. Potongan kepala ini terlihat terendam di bawah semak-semak liar.

Usai memastikan identitas dan menemukan potongan kepala Tri Agung, polisi lalu memburu pelaku pembunuhan. Namun, pencarian ini juga terkendala. Sebab, Subandi sebagai saksi kunci bunuh diri di kantor polisi di tengah proses pemeriksaan.

Kematian Subandi menambah misteri kasus pembunuhan Tri Agung Budiono. Sebab, dari pemeriksaan sementara, diketahui Subandi memiliki utang hingga jutaan rupiah kepada korban.

Namun, polisi kemudian mendapat petunjuk penting. Informasi ini datang dari salah satu saksi yang menyebut bahwa seorang satpam bernama Yazid pernah mengaku menghajar Tri Agung Budiono.

Informasi itu ditindaklanjuti. Polisi segera melakukan pelacakan. Awalnya polisi menggerebek rumah tersangka di Desa Tebaloan, Kecamatan Duduksampeyan, Gresik. Namun penggerebekan itu nihil, tersangka tidak berada rumahnya.

Kamis, 1 April 2010, Yazid akhirnya berhasil ditangkap polisi di sebuah rumah kosong yang berada Manyar. Yazid kemudian dijemput dan digelandang ke Surabaya.

Di hadapan penyidik, Yazid mengakui ikut mengeroyok Tri Agung Budiono bersama Subandi. Yazid sendiri masih keponakan Subandi yang tewas bunuh diri saat diperiksa.

Yazid ikut menghajar korban karena sakit hati rebutan pekerjaan sebagai satpam. Sedangkan Subandi tega memenggal kepala karena masalah utang. Keduanya kemudian merencanakan untuk membunuh Tri Agung.

Sabtu, 3 April 2010, jenazah Tri Agung Budiono selanjutnya diserahkan ke keluarga. Penyerahan ini dilakukan setelah kepala korban sudah ditemukan dan proses autopsi selesai. (red.Nf)

Posting Komentar

0 Komentar