Surabaya, tjahayatimoer.net - Di Jawa, panggilan gus tersemat pada orang-orang khusus. Yakni hanya pada anak-anak kiai. Namun, akhir-akhir ini, banyak tokoh yang menggunakan julukan gus agar lebih menjual. Bagaimana dengan Gus Samsudin?
Diketahui, panggilan Gus dan Ning sangat populer di kalangan pesantren. Panggilan Gus dan Ning merupakan sebutan bagi anak keturunan kiai. Sebutan Gus untuk putra kiai dan Ning julukan putri sang kiai.
Melansir dari laman nu.or.id, seorang Gus dapat diangkat menjadi kiai. Itu sebabnya, Gus juga disebut sebagai kiai muda. Pada tingkatan itu, seorang Gus bisa menerimanya, namun bisa juga tidak.
Jika lebih suka dipanggil Gus, dia bisa tetap bergelar gus daripada kiai meski kedudukannya sudah naik menjadi kepala pesantren warisan ayahnya.
Namun, akhir-akhir ini ada fenomena panggilan gus untuk seorang dukun atau orang pintar. Hal ini cenderung membuat masyarakat salah paham. Bahkan banyak orang saat ini sangat mudah mendapat predikat kiai atau gus.
Gus Samsudin pun buka-bukaan arti julukan gus yang tersemat padanya. Menurutnya, julukan ini bukan karena dirinya anak kiai.
Gus Samsudin mengaku dirinya bukan merupakan keturunan kiai. Namun, sebutan gus yang melekat pada dirinya merupakan sebutan dari orang Jawa. Dalam bahasa Jawa, gus merupakan anak laki-laki atau cah bagus alias anak baik.
"Nama gus sendiri kalau di dalam orang Jawa, gus itu anak laki-laki, cah bagus," kata Gus Samsudin, Sabtu (13/8/2022).
Sementara itu, Gus Samsudin mengaku tak memaksa orang-orang memanggil namanya dengan sebutan gus. Menurutnya, masyarakat bebas memanggil namanya dengan sebutan lain atau hanya memanggil namanya saja.
"Kalau memanggil saya ya silakan mau dipanggil apapun. Itu orang yang memanggil saya, bukan saya," jelasnya.
GP Ansor Jatim Buka Suara soal Gus Samsudin
"Ini yang harus diluruskan. Kalau kiai atau ulama itu harus jelas sanad keilmuannya, sedangkan gus harus jelas nasabnya. Jadi masyarakat jangan mudah percaya pada orang yang mengaku kiai atau gus. Lihat dulu sanad dan nasabnya," kata Fawait kepada awak media, Selasa (2/8/2022).
Dia mengungkapkan segala hal itu harus diposisikan sesuai tempatnya. Termasuk istilah atau penyebutan kiai atau gus dalam kehidupan bermasyarakat.
"Demikian juga dengan istilah gus. Itu adalah sebutan untuk anak kiai di Pulau Jawa, untuk menghormati bapaknya yang seorang kiai. Jadi tidak boleh sembarangan menyebut seseorang sebagai gus. Cari tahu dulu dia anak kiai siapa, di mana pondok pesantrennya?" ujar Fawait.
"Dari sudut pandang, kalau urusan masalah gus itu anak kiai. Bukan gus itu bisa terbang atau gimana-gimana, ya. Apa yang dilakukan Gus Samsudin itu unik, tidak lumrah, ya. Saya enggak tahu dia anak kiai atau bukan, kami dalam rangka meluruskan siapa sih yang dipanggil ulama, gus, dan kiai," kata Fawait.(red.Ad)
0 Komentar